Mohon tunggu...
desy rizki mawarni
desy rizki mawarni Mohon Tunggu... Guru

Suka membaca

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kepemimpinan Sekolah dan Beban Kerja Guru: Sebuah Refleksi

9 September 2025   17:55 Diperbarui: 9 September 2025   17:43 8
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Guru adalah ujung tombak pendidikan. Mereka tidak hanya mengajar di kelas, tetapi juga memikul tanggung jawab dalam menyusun perencanaan, administrasi pembelajaran, serta memastikan setiap anak mendapatkan pengalaman belajar yang bermakna. Sayangnya, di banyak sekolah, beban kerja guru semakin berat karena adanya ketimpangan dalam kepemimpinan dan pembagian tugas.

Kepala sekolah seharusnya menjadi motor penggerak utama yang memastikan roda pendidikan berjalan dengan baik. Kehadiran dan keterlibatan kepala sekolah sangat berpengaruh terhadap semangat guru serta mutu pembelajaran. Namun, tidak jarang dijumpai kondisi di mana kepala sekolah justru kurang hadir dan tidak terlibat secara langsung dalam proses pendidikan di lapangan. Ketidakhadiran ini menimbulkan dampak berantai: beban administrasi dan tanggung jawab yang seharusnya menjadi kewenangan pimpinan justru dialihkan kepada guru.

Situasi seperti ini menciptakan ketidakadilan. Guru, yang seharusnya fokus pada pembelajaran anak, akhirnya disibukkan dengan pekerjaan tambahan di luar peran utamanya. Lebih ironis lagi, penghargaan finansial tidak berubah, meski beban kerja meningkat. Hal ini tentu dapat menurunkan motivasi, melemahkan profesionalitas, dan berpotensi menimbulkan kelelahan emosional pada guru.

Kepemimpinan sekolah tidak boleh hanya simbolik. Kepala sekolah perlu memahami bahwa tugasnya bukan sekadar administratif, melainkan juga sebagai teladan, fasilitator, dan pengarah. Ketika kepala sekolah hadir, membimbing, dan mendukung guru, maka atmosfer sekolah akan lebih sehat. Guru merasa didukung, termotivasi, dan pada akhirnya anak-anak pun mendapatkan pembelajaran yang lebih berkualitas.

Selain itu, penting juga adanya sistem penghargaan yang adil. Guru yang memikul tanggung jawab lebih seharusnya mendapat apresiasi yang sepadan, baik dalam bentuk dukungan moral maupun insentif finansial. Hal ini tidak hanya akan meningkatkan semangat kerja guru, tetapi juga menjaga keberlanjutan mutu pendidikan.

Refleksi ini mengingatkan kita bahwa pendidikan bukan hanya soal kurikulum dan metode mengajar, tetapi juga tentang bagaimana sistem di dalam sekolah bekerja. Kepemimpinan yang lemah dan pembagian tugas yang tidak proporsional akan menciptakan beban yang tidak sehat bagi guru. Oleh karena itu, sudah saatnya kita menempatkan guru dan kepala sekolah dalam peran masing-masing secara proporsional, agar pendidikan benar-benar berjalan sesuai cita-cita: mencerdaskan kehidupan bangsa dengan cara yang adil, bermartabat, dan berkelanjutan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun