Pandemi Covid-19 membuka lebar mata kita bahwa Indonesia sangat tertinggal dalam revolusi industri digital. Â Kita ketahui sejarah mencatat revolusi industri telah terjadi tiga kali jika merujuk pada perkembangan peradaban manusia. Â Pertama penemuan mesin uap, kedua elektrikfikasi, ketiga penggunaan komputer, dan kini keempat dimulainya era digital.
Inilah yang terjadi saat pandemi menghantam Indonesia, kita pun tergagap-gagap dipaksa melek teknologi. Â Paling nyatanya dampak ini dirasakan oleh dunia pendidikan, karena kegiatan belajar mengajar (KBM) harus dilakukan secara virtual. Â Tidak hanya tenaga pengajar dituntut mengubah cara mengajarnya. Â Kemudian peserta didik dituntut kemandiriannya mengejar ilmu. Â Tetapi pemerintah pun dikejar untuk ngebut mempersiapkan infrastruktur penunjang, sebab faktanya tidak semua wilayah Indonesia mudah mengakses internet.
Apakah kondisi ini membuat Indonesia terdiam
Jawabannya tidak! Â Sebab nyatanya pandemi yang nyaris berjalan dua tahun justru mampu menggebrak digitalisasi Indonesia. Â Bahkan Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Johnny Plate semangat memastikan langkahnya, pandemi tidak boleh menghambat pembangunan nasional, termasuk infrastruktur digital. Â Justru sebaliknya, pandemi adalah momen transformasi digital yang terakselerasi, atau saatnya migrasi aktivitas dari ruang fisik ke digital.
"Karenanya menjadi keharusan bagi kami untuk mempercepat pembangunan infrastruktur TIK (teknologi informasi komunikasi) di Indonesia. Â Presiden bahkan memberikan guidance sangat jelas untuk menyelesaikan pembangunan infrastuktur TIK menjangkau seluruh desa di Indonesia," ujar Menkominfo dalam program Indonesia Town Hall Metro TV episode Kebut Infrastruktur Digital, tadi malam. Â Dikutip dari: mediaindonesia.com
Manuver Kemenkominfo dibuktikan nyata, sebagai contohnya adalah:
- Percepatan pemenuhan akses internet lewat program BAKTI Kominfo dengan memasang base transceiver station (BTS) pada 7.904 lokasi 3T. Â Kemudian pada 2021 ini, Kemenkominfo akan menyelesaikan pembangunan infrastruktur digital BTS di 4.200 desa/kelurahan, dan sebanyak 3.704 desa/kelurahan pada 2022
- Berjalan parallel operator seluler juga berkomitmen menyelesaikan pembangunan di 3.435 desa/kelurahan di wilayah-wilayah komersial.
- Pembangunan jaringan tulang punggung (backbone) seperti jaringan fiber optic sudah terbangun 342.000 km di darat dan laut. Â Termasuk Palapa Ring yang dibangun Kemenkominfo. Â Nantinya jaringan-jaringan ini masih harus dihubungkan dan diharapkan selesai pada 2022.
- Program Pusat Monitoring Pos, Telekomunikasi dan Penyiaran. Â Dikatakan Johnny Plate bahwa di tahun 2021 pengukuran quality of service layanan telekomunikasi akan menjangkau 514 kabupaten dan kota. Â Kemudian lanjut di tahun 2022 hingga nantinya mencapai maksimal di 2024.
- Target Analog Switch Off (ASO) dalam program digitalisasi penyiaran pada 2 November 2022 nanti. Â Tujuannya untuk mendorong digitalisasi penyiaran.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!