Masih di bulan April yang lekat dengan sosok hebat bernama Kartini. Â Perempuan luarbiasa yang mendobrak belenggu yang mengekang kebebasan perempuan untuk tidak berhenti di mimpi.
Tidak harus menjadi laki-laki untuk bisa mengejar mimpi. Â Tidak harus berganti kelamin untuk menjadi tangguh. Â Sebab mimpi dan ketangguhan tidak mengenal gender. Â Begitulah mungkin nilai yang ingin diwariskan Kartini kepada generasi penerusnya.
Kocak, aku jadi ingat masa remajaku dulu. Â Begitu kewalahan kedua orangtuaku mengikuti permintaan anak perempuannya. Â Kegiatan yang gila begitu pernah bapak mengamuk hingga menggebrak meja kaca rumah kami, karena aku ngotot ingin mendaki gunung. Â Padahal di dalam satu rombongan hanya aku dan seorang teman yang perempuan. Â Sedangkan sisa rombongan semuanya kaum adam. Â So what, begitu pikirku ketika itu.
Jika mengingatnya sekarang senyam-senyum sajalah diriku ini. Â Bayangkan, aku memilih bergabung di kelompok pencinta alam dan Pramuka. Â Rela berlumpur, dan napak tilas alias jalan kaki 2 hari satu malam menempuh hutan. Â Lalu kembali dengan badan yang hitam serta kulit wajah terkelupas karena tersengat matahari. Â Lengkap dengan goresan luka entah di lutut atau siku karena terjatuh. Â Saktinya, aku tetap mengukir prestasi selalu masuk 5 besar!
Heheh...ingat banget berusaha sabar mengarah kesal selalu kedua orang tuaku datang dengan kalimat, "kamu itu anak perempuan, dan bersikaplah seperti perempuan." Â Hal yang sama ketika aku sudah bekerja sebagai Private Secretary. Â Hobiku berpetualang tetap lanjut di setiap libur kejepit.
Bersama beberapa teman selalu menyempatkan diri mendaki gunung, dan kembali dengan tubuh remuk redam. Â Hahahh...speechless begitu atasanku kehabisan kata karena memiliki sekretaris segokil diriku. Â Padahal di setiap perjalanannya ke luar negeri selalu dibawakannya oleh-oleh perlengkapan make-up lengkap.
Tetapi aku tetap menjadi diriku, bersapu bedak dan lipstik tipis dengan segala kenekatan, namun kerjaku sempurna. Â "I have nothing to say, just be yourself if that make you happy." Â Begitu selalu para ekspat atasanku berkomentar sambil tersenyum lebar.
Jatuh cinta kepada alam, itulah aku. Â Bukan tanpa sebab sebenarnya karena dulu bapak sering ditugaskan dari satu provinsi ke provinsi lain. Â Bisa jadi inilah yang membuatku senang berpetualang, dan bermimpi melihat dunia. Â Hobi dan kecintaan yang terus berjalan sekalipun aku sudah berkeluarga.
Beruntungnya diriku diberikan pasangan yang juga doyan beredar. Â Sehingga keluarga kecilku sering menghabiskan waktu berlibur atau menyambangi pelosok negeri dengan berkendaraan. Â Hobi yang kami lakukan sejak anak-anak masih balita.
Hahah...percaya nggak percaya tetapi mungkin inilah yang membuatku menurut orang tangguh, atau nekat menurut kamus orang tuaku. Â Nekat hingga aku memberanikan diri terbang ke negeri orang dengan mengurusnya sendiri. Â Bersekolah, bekerja dan mengantongi prestasi di negeri orang tanpa memiliki kenalan siapapun. Â Modalku selain Tuhan yang tekad baja, aku harus bisa! Â Yup, "Aku bisa, dan harus bisa." Â Demikian selalu aku pompakan kepada kedua anakku.Â