Mohon tunggu...
Desy Pangapuli
Desy Pangapuli Mohon Tunggu... Penulis - Be grateful and cheerful

Penulis lepas yang suka berpetualang

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

OTW SNMPTN, Pantang Menyerah!

24 Maret 2021   02:09 Diperbarui: 24 Maret 2021   02:44 223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.kompasiana.com/donald.sitompul/

Singkat cerita keduanya diterima di SMA Negeri favorit.  Lain kakak, lain adek karena kembali lagi kebijakan pendidikan sering berbeda dalam proses seleksi penerimaan murid.  Sebagai contoh saja di masa si bungsu.  Ketika itu seleksi penerimaan peserta didik baru (PPDB) berdasarkan umur.  Kocak memang, karena nilai anakku si bungsu yang tinggi menjadi tidak berarti terkalahkan umurnya yang masih muda.

Pantang menyerah!  Begitulah semangat yang aku pompakan sejak usia playgroup terus menyala hingga kini.  Si sulung yang kini di kelas XI sejak hari pertamanya di SMA selalu berusaha maksimal.  Demikian juga si bungsu yang kebetulan berada di SMA Negeri berbeda.

Belajar di SMA Negeri merupakan hal yang baru bagi kedua anakku, dan pastinya tantangan juga bagiku orang tuanya.  Kami buta sama sekali mengenai jalur undangan, atau yang dikenal dengan Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).

Sangat disayangkan tidak ada informasi atau sosialisasi yang jelas sejak anak-anak masih di kelas X, tentang penerimaan di PTN.  Padahal, secara logika bisa ditebak keberadaan anak-anak di SMA Negeri mayoritas mengejar PTN. 

Sebagai orang tua, aku dan beberapa orang tua senasib seperti meraba dan tebak-tebak buah manggis tentang bagaimana anak-anak bisa tembus di SNMPTN.  Kami juga bingung dengan istilah Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SMBPTN) atau Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) yang serupa tapi tak sama ini.

Inilah curhatku emak kepo yang terus memasang kuping dan rajin bertanya random kepada siapa saja demi buah hatinya.  Hingga tiba kemarin sore seorang siswa kelas XII memberi kabar sukacita.  Puji Tuhan dirinya diterima lewat jalur SNMPTN di Universitas Brawijya (Unbraw).  Kebetulan aku dan anak ini lumayan dekat, dia sahabat dan kakak kelas putriku.

"Aku diterima tan!  Aku juga bingung tan.  Aku nggak nyangka, ini semua karena Tuhan tan!"  Begitu katanya bahagia dan membuatku ikutan haru.  Lalu sekilas diberikannya bayangkan agar lolos SNMPTN, yaitu:

  1. Nilai rapor selama 5 semester harus naik atau setidaknya stabil, dan tidak boleh naik turun.
  2. Mempunyai catatan prestasi yang dibuktikan dengan sertifika,t bisa menjadi pertimbangan untuk mendapatkan undangan SNMPTN.
  3. Kursi undangan diberikan PTN tergantung dari banyaknya alumni dari sekolah yang bersangkutan.  Jika sekolah tersebut banyak di terima di Unbraw misalnya, maka kursi yang ditawarkan juga lebih banyak.
  4. Jika sudah diterima di SNMPTN tidak bisa mengikuti SNMBTN/ UTBK

Jalan panjang berliku kedua anakku sejak mereka usia playgroup kini semakin mendekat di ujung akhir.  Si sulung putriku sebentar lagi sudah di kelas XII, tetapi hingga kini aku yang sudah kepo maksimum saja masih berselimut bingung.  Galau dan bertanya-tanya bagaimana persisnya jalur SNMPTN.  Terima kasih, ada sedikit tambahan modal penyemangat, informasi dari sahabat putriku.

Puji Tuhan, kedua anakku tak menyerah tetap semangat mengejar mimpi.  Mimpi bisa diterima di perguruan tinggi negeri, mewujudkan cita-citanya sejak di playgroup.  Ibarat meraih salah bintang yang bertabur di langit.

"Tenang mama jangan khawatir.  Aku akan terus berusaha antara menjadi  dokter atau disain arsitektur," Ada sedikit perubahan cita-cita begitu kata putriku selalu penuh semangat.  Sementara si bungsu masih tetap dengan pilihan hatinya menjadi dokter atau psikolog anak.

Jalan panjang itu masih berliku.  Membawa dalam setiap doaku, agar mimpi itu terwujud.  Pantang menyerah, keduanya berusaha dan akan terus berusaha.  Bukan sehari, tetapi sudah sejak mereka usia belia.  Menyerahkan penuh kepada rencana terbaik dari Tuhan pada akhirnya nanti.  Amen.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun