Hahahha...judulnya polos banget yah? Â Kenyataannya memang begitu, aku memang pernah nyogok. Â Bukan contoh yang baik, jangan ditiru yah! Â Tetapi, ketika itu nyogoknya bukan karena sudah tahu salah, terus mau kabur dari tanggungjawab. Â Enggak, enggak begitu ceritanya.
Ceritanya itu beberapa tahun lalu bersama keluarga kami jalan darat ke pulau Bali. Â Kebetulan aku dan suami memang doyan keliling Indonesia jalan darat, dengan membawa kedua buah hati kami. Â Selain berhemat, lebih banyak tempat yang bisa dikunjungi, dan terpenting lebih akrab saja hubungan antara kami ortu dan anak-anak.
Berkunjung ke Bali juga bukan kali pertama ketika itu. Â Ehhhmmm....kalau tidak salah saat itu untuk kali ke-3 deh. Â Antusias sudah pasti! Â Seperti Jogyakarta, Pulau Bali menyimpan kerinduan kepingin datang dan datang lagi. Â Makanya meskipun jauh di seberang pulau, tetap saja semangat menyambangi rindu kami.
Semua perjalanan berjalan mulus dari Jakarta, mampir-mampir di Semarang, Jogya, Surabaya hingga akhirnya menyeberang di Pelabuhan Ketapang Banyuwangi. Â Hooppsss....sampai deh di Pelabuhan Gilimanuk, Bali! Â Loncat kegirangan karena terbayang indahnya Ubud desa favorit kami.
Jebrreettt...ada apa ini, kok kendaraan kami di stop. Â Memang sih setiap memasuki Bali sudah biasa petugas kepolisian menanyakan kartu identitas, serta maksud kunjungan pendatang. Â Tetapi, kok tumben kali ini Pak Polisi meminta kami menepi menuju posko kecil mereka.
"Selamat sore bapak dan Ibu, maaf mengganggu perjalanannya. Â Boleh kami periksa surat-suratnya?" Â Begitu Pak Polisi sopan bertanya tapi bikin lututku copot. Â "Duhh...kok tumben? Â Salah kami apa?" Â Mulai deh pikiran emak kalut di kepala ini.
Lalu kami pun mengikuti Pak Polisi ke dalam kantornya, dan tetap memasang muka bingung. Â Tersenyum ramah si Pak Polisi. Â "Ibu mau kemana rupanya?" tanya Pak Polisi yang menangkap muka panikku. Â "Ehhmm...maunya sih bawa berlibur anak-anak pak. Â Maklum mumpung suami saya sedang cuti, karena kerjanya jauh." Kataku culun dengan nada melas. Â Sementara suamiku idem sama bingung. Â "Ada apa yah pak?" Â Katanya kemudian.
Kembali si bapak tersenyum "Bu, mobil ini atas nama ibu yah? Â Kenapa pajaknya belum diperpanjang bu?" tanya Pak Pol kemudian dengan nada kalem.
Teng...ing...engg....seketika aku dan suami saling bertatapan. Â Aku kaget karena baru mudeng pajak mobil mesti diperpanjang setiap tahun, dan suami kaget karena aku belum bayar. Â Lalu kami pun blepotan menjelaskan ke Pak Polisi yang kebetulan sih baik banget.
Singkat cerita, aku ngaku lupa. Â Demikian juga suami ngaku lupa mengingatkanku. Â Maklum selama ini bertugas di daerah, semua urusan dihandel aku. Â Sementara Pak Polisi yang punya indera ke-6 nampaknya paham banget sedang berhadapan dengan emak-emak seperti aku yang lebih penting mengingat harga bawang ketimbang jadwal bayar pajak kendaraan. Â "Saya salah pak. Â Saya harus bagaimana kalau salah pak? Â Boleh saya kasih "salam" saja ke bapak?" Â Kataku langsung sajalah, dan disambut dengan senyumnya. Â Termasuk juga senyum beberapa petugas yang mendengar. Â Sementara suamiku shock mendengarnya. Â Heheh...