Mohon tunggu...
Desy Pangapuli
Desy Pangapuli Mohon Tunggu... Penulis - Be grateful and cheerful

Penulis lepas yang suka berpetualang

Selanjutnya

Tutup

Hukum Pilihan

Ngaku, Aku Pernah Nyogok!

21 Januari 2021   17:45 Diperbarui: 21 Januari 2021   17:54 268
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.pikiran-rakyat.com/

Hahahha...judulnya polos banget yah?   Kenyataannya memang begitu, aku memang pernah nyogok.  Bukan contoh yang baik, jangan ditiru yah!  Tetapi, ketika itu nyogoknya bukan karena sudah tahu salah, terus mau kabur dari tanggungjawab.  Enggak, enggak begitu ceritanya.

Ceritanya itu beberapa tahun lalu bersama keluarga kami jalan darat ke pulau Bali.  Kebetulan aku dan suami memang doyan keliling Indonesia jalan darat, dengan membawa kedua buah hati kami.  Selain berhemat, lebih banyak tempat yang bisa dikunjungi, dan terpenting lebih akrab saja hubungan antara kami ortu dan anak-anak.

Berkunjung ke Bali juga bukan kali pertama ketika itu.  Ehhhmmm....kalau tidak salah saat itu untuk kali ke-3 deh.  Antusias sudah pasti!  Seperti Jogyakarta, Pulau Bali menyimpan kerinduan kepingin datang dan datang lagi.  Makanya meskipun jauh di seberang pulau, tetap saja semangat menyambangi rindu kami.

Semua perjalanan berjalan mulus dari Jakarta, mampir-mampir di Semarang, Jogya, Surabaya hingga akhirnya menyeberang di Pelabuhan Ketapang Banyuwangi.  Hooppsss....sampai deh di Pelabuhan Gilimanuk, Bali!  Loncat kegirangan karena terbayang indahnya Ubud desa favorit kami.

Jebrreettt...ada apa ini, kok kendaraan kami di stop.  Memang sih setiap memasuki Bali sudah biasa petugas kepolisian menanyakan kartu identitas, serta maksud kunjungan pendatang.  Tetapi, kok tumben kali ini Pak Polisi meminta kami menepi menuju posko kecil mereka.

"Selamat sore bapak dan Ibu, maaf mengganggu perjalanannya.  Boleh kami periksa surat-suratnya?"  Begitu Pak Polisi sopan bertanya tapi bikin lututku copot.  "Duhh...kok tumben?  Salah kami apa?"  Mulai deh pikiran emak kalut di kepala ini.

Lalu kami pun mengikuti Pak Polisi ke dalam kantornya, dan tetap memasang muka bingung.  Tersenyum ramah si Pak Polisi.  "Ibu mau kemana rupanya?" tanya Pak Polisi yang menangkap muka panikku.  "Ehhmm...maunya sih bawa berlibur anak-anak pak.  Maklum mumpung suami saya sedang cuti, karena kerjanya jauh." Kataku culun dengan nada melas.  Sementara suamiku idem sama bingung.  "Ada apa yah pak?"  Katanya kemudian.

Kembali si bapak tersenyum "Bu, mobil ini atas nama ibu yah?  Kenapa pajaknya belum diperpanjang bu?" tanya Pak Pol kemudian dengan nada kalem.

Teng...ing...engg....seketika aku dan suami saling bertatapan.  Aku kaget karena baru mudeng pajak mobil mesti diperpanjang setiap tahun, dan suami kaget karena aku belum bayar.  Lalu kami pun blepotan menjelaskan ke Pak Polisi yang kebetulan sih baik banget.

Singkat cerita, aku ngaku lupa.  Demikian juga suami ngaku lupa mengingatkanku.  Maklum selama ini bertugas di daerah, semua urusan dihandel aku.  Sementara Pak Polisi yang punya indera ke-6 nampaknya paham banget sedang berhadapan dengan emak-emak seperti aku yang lebih penting mengingat harga bawang ketimbang jadwal bayar pajak kendaraan.  "Saya salah pak.  Saya harus bagaimana kalau salah pak?  Boleh saya kasih "salam" saja ke bapak?"  Kataku langsung sajalah, dan disambut dengan senyumnya.  Termasuk juga senyum beberapa petugas yang mendengar.  Sementara suamiku shock mendengarnya.  Heheh...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun