Mohon tunggu...
Desy Pangapuli
Desy Pangapuli Mohon Tunggu... Penulis - Be grateful and cheerful

Penulis lepas yang suka berpetualang

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Berharap Banjir Lupa Bertamu

12 Januari 2021   01:14 Diperbarui: 12 Januari 2021   01:29 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hahah...mungkinkah itu terjadi, banjir lupa bertamu?  Ehhmm...musim penghujan memang selalu menghadirkan ceritanya sendiri.  Persisnya sih ini karena ulah manusia yang selalu saja ada yang dikeluhkannya.   Jika musim kemarau kita berteriak, puaannasss....puanass...... 

Lalu ketika musim penghujan kita akan mulai curigaan, "Duh...banjir nggak yah?  Nyebelin....ini hujan bikin susah aja euy."  Hahah...kalau Tuhan bisa berbicara langsung mungkin akan bilang, "Hello...kalian manusia, kenapa yah bawel banget."

Sebenarnya sih mau musim kemarau ataupun hujan sama baiknya.  Tergantung cara kita menyingkapinya saja.  Sebagai contohnya, kalau kita bicara musim kemarau, harusnya tidak akan menyiksa kita karena panasnya mentok ke ubun-ubun.

Iya, seandainya kita nggak doyan menebangi pohon dan lebih banyak menyediakan lahan hijau maka bumi tidak akan kering kerontang.  Kita juga akan memiliki paru-paru dunia sehingga udara menjadi lebih segar, dan manusia lebih sehat.

Setali tiga uang dengan musim hujan, tidak ada yang harus ditakuti oleh manusia.  Justru di saat musim penghujan saat yang bagus bumi merasa adem.  Kita juga manusia harusnya merasa adem, dan bukan sebaliknya justru panas karena panik banjir.

Kepanikan yang terjadi sekarang ini jelas karena makin gundulnya bumi, akibatnya tidak ada lagi resapan air.  Lihat saja di kota besar, lebih banyak bangunan daripada resapan airnya.  Mbok yah mikir, apakah volume air hujan itu bisa dipesan dan diatur sesuai luasnya resapan air? Khan enggak!

Anehnya, kondisi sudah mengenaskan seperti ini pun masih saja ada yang santai tinggal dibantaran kali, lalu semau gue membuang sampah? Aku pernah loh melihat kasur dan sofa terapung di kali!  Ampunnn....ampunn...deh dengan ulah manusia yang hanya bisa mengeluh, tetapi tidak mau berbuat untuk mencegah.  Padahal, banjir yang terjadi rutin itu notabene karena kesalahan manusia!  Bukan karena bumi, apalagi Tuhan murka.

Beberapa masukan yang mungkin bisa jadi pertimbangan mengantisipasi/ dan ketika banjir adalah:

Di lingkungan

  1. Sediakan lahan tanam sebisanya untuk menjadi resapan air, sekaligus memberikan udara segar
  2. Bergotong-royong membersihkan got di lingkungan tempat tinggal
  3. Ajak, edukasikan dan disiplinkan warga untuk hidup bersih, serta membiasakan diri membuang sampah di tempatnya.
  4. Hindari genangan, karena musim penghujan umumnya diikuti wabah DBD

Di rumah dan perorangan

  1. Tanamkan budaya bersih menjadi karakter kita
  2. Sebelum memasuki musim penghujan, usahakan mengurangi dahan pohon.  Tujuannya selain mencegah dahan patah akibat badai hujan, juga mengurangi daun kering yang menyumbat aliran air.
  3. Selalu bersihkan got dan genangan di sekitar rumah kita
  4. Jika menjadi langganan banjir, disarankan memiliki lantai 2
  5. Amankan dokumen penting, perlengkapan rumah elektronik dan furniture yang terbuat dari kain di lantai atas.
  6. Usahakan keberadaan soket listrik tidak terlalu rendah, atau minimkan keberadaan soket di lantai bawah rumah
  7. Jika kondisi hujan makin buruk, persiapkan obat dan makanan.  Antisipasi jika terkurung banjir.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun