Mohon tunggu...
Desy Pangapuli
Desy Pangapuli Mohon Tunggu... Penulis - Be grateful and cheerful

Penulis lepas yang suka berpetualang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kami Temanmu

29 November 2020   01:52 Diperbarui: 29 November 2020   01:57 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Siang itu halaman sekolah sebuah taman bermain sangat ramai.  Anak-anak kecil berlarian, dan dipenuhi tawa ramai sekali.  Tetapi di salah satu sudut terlihat Doni memilih duduk manis menghindari matahari.

"Iih...aku sih ogah lari-lari begitu, keringatan dan bau," katanya sendiri sambil menghirup harum seragam playgroupnya.

Meski beberapa teman mengajaknya bermain, tetap Doni lebih memilih duduk sendiri.  Bukan hanya soal bermain, dalam pergaulanpun Doni punya aturan sendiri.  Pantang baginya meminjamkan barang dan berbagi.  "Doni, jaga barangmu jangan hilang," pesan mama yang selalu tergiang dibenak Doni, sekaligus juga wajah mamanya yang menakutkan mungkin.

Nggak heran, diantara teman-temannya Doni terasing.  Tapi, Doni percaya diri tidak butuh orang lain.  Toh segala perlengkapan sekolahnya lengkap, bekal dari mama juga super lengkap dan enak.  "Kenapa harus khawatir, aku tidak sesusah teman-temanku itu," pikir Doni dalam hatinya.

"Kamu mau nggak kue aku ini.  Ini enak loh, mamaku buatkan khusus untuk ulang tahunku hari ini," suara Prita menghampiri sambil menyodorkan sepotong kue kepada Doni.

"Prita...Prita...ulang tahun yah?  Ibu Guruu....Prita ulang tahun loh," kelas pun gaduh karena semua anak sibuk berteriak dan menyalami Prita.

"Enggak usah," kamu kasih saja ke yang lain sahut Doni sambil menyingkirkan kue pemberian Prita dengan sombong.

Walau sedih Prita menerima kembali kue pemberiannya itu, dan lanjut membagikan kepada beberapa teman di kelas.  "Terima kasih Prita, kuenya enak sekali," teriak mereka menghibur Prita yang kembali tersenyum.  Sementara Ibu Nunik guru mereka mengelus lembut rambut Prita memberi ketenangan pada Prita.

Gaya sombong Doni memang overdosis.  Tidak hanya menolak pemberian, Doni juga pelit luarbiasa.  Pensil warna miliknya pantang dipinjam, selain karena takut hilang, juga karena mahal katanya.  "Kalian tidak akan sanggup menggantinya, ini mahal," begitu selalu jawabnya setiap kali diminta Ibu Nunik untuk berbagi.

Tetapi ada yang berbeda ketika selesai jam istirahat hari itu.  Doni tidak tampak di kelasnya, dan seluruh kelas merasa aneh.  Iya, biasanya Doni sudah berada di baris paling depan.  "Ehhmm...kemana yah Doni," anak-anak mulai bertanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun