Mohon tunggu...
Desy Pangapuli
Desy Pangapuli Mohon Tunggu... Penulis - Be grateful and cheerful

Penulis lepas yang suka berpetualang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Selamat Ulang Tahun Nak

5 November 2020   01:00 Diperbarui: 5 November 2020   01:03 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://sahabatnesia.com/

"Mama...mama..., mama dimana?" berteriak Abigail putriku yang rupanya sudah sampai diantar bajaj langganan kami.

"Duduk sini dulu ma.  Aku punya berita heboh.  Hehehhe....hari ini aku mengusir Ibu Imel dari kelas!" ceritanya tanpa ku minta dengan mata dan senyumnya bahagia sekali.  Nggak pakai lama, segera aku menghentikan kegiatanku.  Di dalam kepalaku mulai bermain berbagai narasi.

"Gile...Ibu Imel itu guru paling killer di sekolah anakku.  Tetapi, aku juga sangat percaya Abigail mempunyai alasan yang cukup kuat untuk bersikap gila seperti itu," batinku dalam hati.

Aku memilih duduk, menunggu kelanjutan ceritanya.  Tidak ada nada tinggi, muka sangar ataupun mata api ala emak-emak pada umumnya.

"Begini ma, tadi itu jam pelajaran Ibu Mel.   Kita semua sudah baik-baik sekelas.  Tetapi si ibu kumat reseknya, dan marah-marah nggak jelas.  Sepertinya sih, sisa marah dari kelas sebelumnya.  Nah, itu khan nyebelin banget.  Kita ini bukan tong sampah yang seenak tempat luapan amarahnya.  Apalagi, ibu bilang yang tidak suka dengan pelajarannya, silahkan keluar." ceritanya berapi.

"Hahhah....mimpi banget tuh ibu!" terdengar Gail tertawa ngakak .  Jujur saat itu aku mulai khawatir.  Sebagai ibu, aku paham banget karakter putriku ini yang bisa eror jika dirasanya itu kebangetan.  Tetapi, aku tetap memilih diam menunggu kelanjutannya.

"Aku langsung berdiri ma," katanya kemudian sambil memperagakan.  Terus aku bilang begini, "Maaf bu, tetapi 6C ini kelas kami.  Jadi kalaupun ada yang keluar itu bukan kami, tetapi ibu.  Silahkan ibu keluar, itu pintu keluarnya."  Heheh....begitu ma, dan aku tunjukin tanganku ke arah pintu mempersilahkan.

"Ee...cemen....Ibu Imel nangis, dan keluar benaran ma sambil banting pintu!" lanjutnya sambil tepok jidat ngakak.  Sementara aku terdiam lupa bernafas, antara menganggumi nyali putriku dan siaga 1 jika besok dipanggil ke sekolah.

Ini cerita lama saat putriku di Sekolah Dasar.  Kegilaannya yang cetar sehingga wali kelas Ibu Madu ketika itu berlari mendatangi kelas. Heheh...Ibu Madu, seperti namanya memang manis.  Tidak ada sikapnya menyalahkan 6C, dan juga Abigail.  Memang dimintanya untuk minta maaf ke Ibu Imel.  

Tetapi memaklumi, karena tidak seharusnya Ibu Imel membawa persoalan dari kelas lain kedalam kelas 6C.  Singkatnya, cerita itu menjadi heboh, dan hot hingga kini.  Puncak dari sikap keberanian putriku mempertahankan prinsipnya.  Ngaku, aku memang mengajarinya untuk berani berpendapat jika yakin benar.  "Jangan pernah takut bersuara, selagi bisa dipertanggungjawabkan," itu pesanku kepada anak-anakku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun