Hari itu adalah hari pertama Rara memasuki halaman sebuah sekolah SMP di kota Sleman. Â Tidak terlihat semangat sama sekali di wajah Rara sebagai murid pindahan kelas 8 dari Jakarta. Â Mutasi orang tua membuatnya tidak punya pilihan.
"Nyebelin banget, kenapa juga aku harus terdampar di sekolah kampung ini. Â Lagian papa sih, kok maksa banget aku mesti ikut," batin Rara duduk sendiri di halaman sekolah itu sambil memandangi anak-anak yang sedang bermain.
Hari-hari kemudian menjadi mimpi buruk untuk Rara. Â Tidak ada sedikitpun usaha Rara untuk beradaptasi atau melihat kebaikan di lingkungan barunya.
"Rara, bagaimana sekolahmu nak? Â Ayo, kenalkan dong teman barumu. Â Kamu khan orangnya gaul dan asyik. Â Papa yakin pasti temanmu sudah segambreng," kata papa di saat makan malam ketika itu.
"Pretttlah pa! Â Aku khan sudah bilang, aku lebih baik dengan oma di Jakarta. Â Nggak bangetlah aku ikutan pindah di kota kecil seperti ini. Â Mereka itu udik banget papa! Â Model-model anak jadul begitu," sahut Rara dengan cemberut. Â Tetapi sayangnya keluhannya ini justru disambut tawa ngakak papa dan mamanya.
"Hahah...anak jadul itu seperti apa Ra? Â Kamu itu kok sotoy toh Ra!" kata mama menyela sambil mengucek rambut Rara.
Seperti biasa maka pagi itu Pak Dirman supir kantor papa mengantarkan Rara ke sekolah. Â Seperti biasa juga, setengah mati si Mbok Sum dan Pak Dirman mengingatkan Rara untuk buru-buru supaya tidak telat. Â Sementara papa dan mama hanya geleng kepala saja. Â Ngerti banget mereka malesnya Rara sekolah di kota itu.
"Non Rara, ayo dong buruan. Â Mosok bapak setiap hari harus ngebut sih non," suara Pak Dirman meminta Rara segera masuk ke mobil. Â Sementara si mbok sibuk membawakan tas sangu Rara yang nyaris tertinggal.
Muka cemberut lipat 1000 Rara duduk di mobil menuju sekolah. Â Tetapi kemudian sesaat matanya menangkap seorang cowok berseragam SMA seperti batik sekolahnya. Â Cowok itu mengendarai vespa, dan wajahnya....ehhmm...kok yah nyenengin yah.
"Apa iya itu cowok satu sekolah dengan aku?" berharap dan bertanya Rara dalam hati. Â Kebetulan memang sekolah Rara lengkap, dari TK hingga SMA.
"Fix, keluar main nanti harus aku cari kakak itu siapa" batin Rara dalam hati sembari tersenyum seolah menemukan semangatnya.