Mohon tunggu...
Desy Pangapuli
Desy Pangapuli Mohon Tunggu... Penulis - Be grateful and cheerful

Penulis lepas yang suka berpetualang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Aku Bukan Rizkamu

23 Oktober 2020   00:09 Diperbarui: 23 Oktober 2020   01:37 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.sehatq.com/

"Bou, minggu depan Rizka ada test panggilan kerja di Jakarta.  Mamak bilang, Rizka nginap di rumah bou saja," bertelepon dengan semangat Rizka mengabarkan kepada bou alias namboru sebagai sebutan untuk tante dalam bahasa Batak.

Rizka, nama gadis itu.  Bermodal ijazah ekonomi, bermimpi bisa bertarung nasib di ibu kota.  Mimpinya sederhana, hanya ingin membahagiakan kedua orangtuanya di kampung yang berjuang menyekolahkan dari usaha klontong dan berladang.

Singkat cerita, semua bisa dilalui Rizka.  Diterima bekerja, dan beradaptasi dengan mudahnya di lingkungan kerjanya yang baru.  Maklum saja, Rizka selain cerdas, juga terbilang supel dalam bergaul.

"Bou, aku Sabtu mau jalan dengan teman.  Ehhhmmm...sebenarnya sih bukan teman.  Tetapi cowok yang suka sama aku, dan aku juga suka sih." suara Rizka malu-malu meminta izin.  Yup, sejak mendapatkan kesempatan di Jakarta, Rizka memang tinggal bersama tantenya ini.

Cowok yang masih malu diakui sebagai kekasihnya itu tidak lain teman sekerjanya.  "Selamat sore tan, kenalkan saya Dito.  Izin mengajak Rizka nonton yah tan," pamit Dito kepada bou.  Ehhhmmm...pasangan serasi, pikir bou sambil memberikan senyum tanda lampu hijau diberikan.

Semua berjalan manis.  Hingga suatu malam dari dalam kamar terdengar suara Rizka kesakitan.  Berlari bounya memasuki kamar gadis itu dan menemukan Rizka yang memegangi kepalanya kesakitan.  Tidak hanya itu, semakin hari berlahan pengelihatannya berkurang.

"Bou, Rizka sudah telepon mamak.  Maafkan Rizka bou, tidak bilang kalau di kepala Rizka ini ada tumor.  Tumor ini berada tepat di belakang mata Rizka.  Dulu sewaktu kuliah di Malang sudah pernah dioperasi, dan harusnya dioperasi lagi.  Tetapi Rizka takut bou.  Rizka selalu bilang baik ke mamak, karena Rizka ingin bekerja.  Ingin membahagiakan mamak dan bapak.  Kalau Rizka dioperasi terus, kapan bisa kerja?  Kapan bisa bikin mamak dan bapak senang.  Rizka mau mereka tidak usah buka klontong dan berladang lagi, kasihan mereka bouuu...," isaknya histeris sambil memegangi kepalanya seolah menghukum dirinya.

Kebahagiaan itu kini berlahan menjadi airmata.  Bersama mamanya, Rizka kemudian melanjutkan pengobatannya yang tertunda, yang harusnya dilakukannya setahun lalu di Penang.

Waktu berjalan, setahun sudah Rizka meninggalkan rumah bounya.  Dito masih kerap mencoba mencari tahu keberadaan Rizka.  Cowok yang baik hati itu nampaknya tidak mengetahui apapun tentang sakit Rizka.

Begitupun, cintanya tidak pernah berubah.  Sesekali masih terus dicobanya mendatangi rumah bou.  Tetapi tidak banyak yang didapat, kecuali informasi Rizka harus berobat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun