Pagi ini aku tersadar akan pandangan para murid yang tersenyum kepada ku. Seakan-akan aku tak pernah ada di sana, mereka menyapa ku, masih seperti biasa, tapi lebih agak lama dalam memandang. Agak risih memang, tapi aku berusaha untuk cuek saja tanpa mencari tahu kenapa rasanya agak berbeda.
Sampai di pintu kantor, beberapa siswi yang biasa bergurau dengan ku, menyalami ku sambil tersenyum dan mengatakan bahwa hari ini aku terlihat bahagia sekali, lebih cerah dan sepertinya sangat bersinar. Ah, lebay! Aku hanya berusaha menganggap itu hanyalah gurauan remaja-remaja yang sedang puber.Â
Tapi tidak menurut mereka. Dengan senyum tulus dari salah seorang diantara mereka dia menjelaskan bahwa hari ini aku terlihat lebih ceria dan cerah karena aku memakai lipstik di bibir. Hal yang biasanya tidak aku lakukan.
Sudah setahun belakang aku memutuskan untuk tidak memakai lipstik, bukan karena pelit atau tidak punya uang, tapi rasa jenuh sedang menghampiri ku. Toh tidak ada pengaruhnya, menurut ku, memakai atau pun tidak memakai lipstik.Â
Sampai dua hari yang lalu suami ku komplen bahwa aku terlihat semakin hari semakin pucat. Jadilah aku membeli lipstik baru karena lipstik yang lama sudah kurang aman untuk dipakai lagi.Â
Ternyata penampilan dalam pekerjaan ku memanglah penting. Apalagi perempuan, lipstik menjadi suatu keharusan untuk mendukung percaya diri mereka.Â
Walaupun menurut ku lipstik tidaklah begitu penting dibandingkan "attitude", namun lipstik juga memiliki manfaat untuk menyamarkan gugup pada diri perempuan. Apalagi kalo pekerjaan kita sebagai perempuan berkaitan dengan khalayak ramai.
Jadi aku berkesimpulan, boleh saja memakai lipstik asalkan saja tidak berlebihan. Dan yang terpenting, niatan untuk memakai lipstik itu yang penting, jagan sampai salah niat ya.Â
Solok, 17 Januari 2020