Mohon tunggu...
Ni Putu Destriani Devi
Ni Putu Destriani Devi Mohon Tunggu... -

Dietitian/ Ahli Gizi

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Gaya Hidup 'No Life', Secangkir Kopi, dan Penyakit Kini

24 Februari 2019   17:10 Diperbarui: 24 Februari 2019   17:29 312
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Gaya hidup 'no life' yang banyak diadopsi masyarakat kini, di mana kesibukan dan gila kerja menjadi sebuah kebanggan tersendiri. Sebuah paradigma yang lahir dari kapitalisme, yang memandang waktu adalah uang (time is money) dan ketatnya kompetisi menuntut untuk bekerja, bekerja dan terus bekerja. Pola makan masyarakat juga berubah, menjauh dari prinsip sehat; serba instan dan tidak teratur. Maag, tekanan darah tinggi hingga kencing manis adalah beberapa penyakit yang sering dikeluhkan, di mana semuanya timbul akibat gaya hidup yang keliru. 

Gerai-gerai makanan siap saji hadir untuk mengakomodasi ritme hidup masyarakat yang begitu dinamis. Termasuk juga menjamurnya tempat-tempat ngopi sebagai simbol hidup yang super sibuk dan tidak pernah tidur. Warung kopi pinggir jalan hingga coffee shop dengan desain artistik menjadi tempat pilihan untuk bersosialisasi, bekerja atau sekadar killing time.

Di Eropa, kopi adalah minuman yang paling banyak dikonsumsi jika dibandingkan dengan produk minuman seperti teh dan energy drink lainnya. Bahkan di Amerika Serikat, sebanyak 83% orang dewasa menjadikan kopi sebagai minuman yang paling banyak dikonsumsi setelah air putih. Sedangkan di Indonesia, konsumsi kopi terus meningkat ditandai dengan meningkatnya bisnis kopi dari hulu ke hilir, bahkan Presiden Jokowi mengusulkan membuat fakultas kopi. Kopi telah jadi simbol gaya hidup masyarakat urban kini.

Kandungan kafein pada kopi mempengaruhi sistem reseptor saraf yang membuat kita bisa  'melek' meskipun tubuh harusnya beristirahat. Namun kafein ini pula yang sering disebut sebagai biang kerok meningkatnya asam lambung, menyebabkan jantung berdebar hingga meningkatkan tekanan darah. Tapi benarkah atau hanya mitos belaka? Mari kita nikmati hasil beberapa riset ini dengan menyeruput secangkir cold brew coffee.  

Kopi dan Penyakit Degeneratif

Sering kita mendengar nasihat untuk mengurangi minum kopi untuk mengatasi berbagai macam penyakit, salah satunya hipertensi. Tapi apakah benar kopi turut campur dalam meningkatkan tekanan darah?


Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg. Hipertensi bukan penyakit, tapio sebuah gejala, yang bila tidak segera ditangani bisa menjadi pencetus timbulnya penyakit kronis yang berbahaya seperti jantung koroner, stroke, gagal ginjal dan diabetes melitus. Sering juga disebut sebagai silent killer, karena masyarakat kerap mengetahui menderita tekanan darah tinggi ketika sudah jatuh pada penyakit kronis tadi. Selain harus membatasi asupan garam, penderita hipertensi juga wajib minum obat penurun tensi setiap hari seumur hidup.

Sebuah penelitian yang di muat di The American Journal of Nutrition menganalisis 6 penelitian tentang konsumsi kopi dan kaitannya dengan kejadian hipertensi. Sebanyak 172.567 total partisipan dan 37.135 kasus hipertensi diteliti. Didapatkan hasil bahwa, kenaikan tekanan darah yang terjadi saat kita minum kopi hanya bersifat sementara (akut), yaitu pada 3 jam setelah mengonsumsinya. Setelah pengamatan selama 2 minggu pemberian kopi secara rutin, ternyata tidak ada peningkatan tekanan darah.

Peningkatan tekanan darah akut setelah mengonsumsi kopi justru terjadi pada partisipan yang minum kopi satu cangkir dan lebih dari tiga cangkir kopi per hari. Ini berarti, takaran konsumsi kopi yang aman adalah 2-3 cangkir kopi per hari. Jika mengonsumsi dibawah atau diatas itu maka akan terjadi peningkatan tekanan darah sementara. Ingat ya, efeknya hanya sementara. Jadi kopi tidak menyebabkan terjadinya hipertensi.

Sedangkan untuk penderita diabetes, kanker dan penyakit jantung masih diperbolehkan mengonsumsi kopi, asalkan tidak mengandung gula dan krimer yang tinggi lemak. Kandungan kopi tidak hanya kafein, masih banyak antioksidan yang terdapat dalam biji kopi. Asam klorogenik, trigonellin, kahweol dan kafestol adalah contoh antioksidan yang justru dapat mengurangi inflamasi (peradangan) yang sering terjadi pada kasus penyakit kronis. Meminum kopi juga sebaiknya 2-3 jam setelah makan utama. Karena kafein merupakan zat anti gizi dimana bila dimakan bersamaan dengan makanan utama akan menghambat penyerapan zat gizi tertentu, seperti protein dan zat besi.    

Jadi, aman saja jika memilih kopi sebagai teman dalam menghikmati keseharian kita. Bekerja keras bagai kuda atau sekadar santai-santai, asal takarannya sesuai anjuran.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun