Sebagai ibu selalu menghadapi masa-masa tegang ketika bersama anak. Ketika anak sakit, pas anak rewel hingga tantrum, waktu anak ada masalah dengan temannya maupun ketika ada suatu perilaku anak yang harus segera di perbaiki.
Ibu tertawa ketika melihat tingkah anaknya yang lucu. Ibu akan merasa bangga ketika anaknya berprestasi. Ibu merasa sedih ketika anaknya sakit dan terluka. Apalagi bila berperilaku tak sesuai dengan apa yang diajarkan agama.
Hati ibu selalu berjaga walaupun dalam keadaan tidur. Hati ibu selalu mengembara memikirkan akan jadi apa anak-anaknya kelak ketika dewasa.
Sanggupkah anak-anaknya menaklukan dunia ?
Pada awal tahun 2009 lahir anakku yang keempat Rikza Muhammad Al Fatih Dari nama itu kami berharap dia menjadi orang yang lembut berakhlak seperti Rosulullah Muhammad dan bisa menjadi Sang Penakluk. Terutama bisa menaklukan dirinya sendiri agar bisa menaklukkan dunia.
Membersamai seorang anak tak selalu mulus, akan ada perasaan yang teraduk-aduk dan teriris-iris. Selalu ada air mata yang membanjiri dan peluh yang mengalir. Percayalah, orang tuamu dulu pun begitu ketika membesarkanmu.
Diantara tingkah polahnya pasti ada salah satu atau beberapa yang tak terlupakan. Begitu juga Rikzaku, sekitar usia dua tahun ada ungkapannya yang kuingat selalu.
Sering dia memperhatikan dua bola mataku, lalu ia mendapati gambar dirinya ada di bola mataku. Di pantulan bola matanya yang tergambar di bola mataku pun ada bola matanya yang di dalamnya ada diriku.
Rumit kan ?
Ayo coba pahami dan bayangkan
Makanya selalunya lama dan lama ketika ia memperhatikan bola mataku. Setelah ia menemukan diriku dan dirinya di bola mataku, ia kan berkata :
“Ummi, Rikza cinta ummi karena Alloh. Di mata Ummi ada Rikza, di mata Rikza ada Ummi.”