Mohon tunggu...
carolina destika
carolina destika Mohon Tunggu... Lainnya - menulis sepanjang hari

komitmen untuk senantiasa memperbaiki diri

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Bagaimana Bapak Menjagaku Wujud Cinta Ayah dan Anak Perempuannya

24 Oktober 2020   10:28 Diperbarui: 25 Oktober 2020   22:02 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Suatu hari di awal tahun pelajaran sekolah menengah pertama, aku telah mendapatkan beberapa orang teman. Ada Ismu yang berambut kribo, Inggit yang berkaca mata, Isnaini berambut ikal, dan Anis yang kalem.

Singkat cerita kami bersepakat bermain ke rumah Ismu sepulang sekolah. Karena tanpa rencana tentu saja tidak sempat pamit ke orang tua.

Kami berpikir tidak akan lama karena hari pertama sekolah baru perkenalan sehingga kami pulang gasik. Walaupun belum pamit ke orang tua kami tetap akan pulang sesuai jam pulang sekolah seperti biasanya.

Ternyata rumah Ismu jauh di pelosok desa. Setelah naik angkot kami harus berjalan kaki lumayan jauh melewati sawah, kali dan kolam. Karena menunggu angkotnya pun lama, baru sampai di rumah Ismu menjelang dhuhur.

Kami semua pun sholat dhuhur dan makan siang seadanya. Selepas itu ngobrol ngalor ngidul dan bercanda-canda sampai lupa waktu. Tak terasa waktu sudah menunjukan jam setengah tiga.

Kami semua harus segera pulang karena angkotnya tidak ada lagi yang lewat selepas jam 3.  Sambil agak cemas kami berkemas lalu berpamitan. Perjalanan menuju angkot masih sekitar 15 sampai dengan 20 menit lagi.

Belum sampai kaki kami beranjak pergi, tetiba ada suara sepeda motor menghampiri. Suara yang kudengar seperti tidak asing di telingaku.

Seperti tidak percaya, ternyata Bapak menyusulku. Baru menyadari, pasti Bapak sangat khawatir anak perempuannya belum juga pulang padahal sekolah sudah sepi. Kenapa anaknya tidak minta ijin dulu, padahal kantor Bapak sebelahan dengan sekolah.

Walaupun aku telah melakukan kesalahan, namun Bapak tidak marah. Bapak memboncengkan aku, Inggit dan Isnaini. Anis tidak ikut karena rumahnya deket dengan rumah Ismu.

Sepanjang perjalanan benakku dipenuhi perasaan bersalah. Telah merepotkan Bapak dan membuatnya merasa khawatir. Aku juga takut apabila Bapak marah padaku sesampainya di rumah nanti.

Bapak sangat menjagaku sebagai anak perempuan satu-satunya. Sejak kecil membatasi waktu bermainku. Sepulang sekolah Bapak lebih suka anak-anaknya berada di rumah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun