Mohon tunggu...
DESSY RAHMAWATI
DESSY RAHMAWATI Mohon Tunggu... Guru - Guru

Guru

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Bloom's Domain of Learning

22 Oktober 2021   22:33 Diperbarui: 22 Oktober 2021   22:43 516
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
http://www.unity.net.au/allansportfolio/edublog/?p=324

Taxonomy Bloom menjadi hal yang sangat dekat dengan guru sebagai pelaku pendidikan. Taxonomy Bloom yang sering digunakan guru sebagai panduan dalam merencanakan pembelajaran merupakan ide seorang psikolog pendidikan dari Amerika Serikat bernama Benjamin Samuel Bloom. Beliau seorang presiden American Educational research Association. 

Bloom (1956) menyampaikan bahwa Taksonomi Bloom adalah struktur hierarki yang mengidentifikasi skill mulai dari tingkat yang rendah hingga yang tinggi yang digunakan untuk mengategorikan tujuan pembelajaran ke dalam berbagai tingkat kompleksitas. 

Untuk lebih memahami Taksonomi Bloom ayuk tonton video berikut:


Pada awalnya Bloom membagi taksonomi ke dalam tingkatan C1-C6 dengan urutan sebagai berikut:

C1: pengetahuan, C2: pemahaman, C3: mengaplikasikan, C4: menganalisa, C5: mensintesis, C6: mengevaluasi

Perkembangannya Taksonomi Bloom mengalami perubahan yaitu Bloom membagi ke dalam dimensi kognitif (C1-C6 revisi) dan dimensi pengetahuan (faktual, konseptual, prosedural, metalognitif).

C1: mengingat, C2: memahami, C3: mengaplikasikan, C4: menganalisa, C5: mengevaluasi, C6: menciptakan

https://tips.uark.edu/using-blooms-taxonomy/
https://tips.uark.edu/using-blooms-taxonomy/

Dengan adanya hierarki taksonomi Bloom sangat membantu guru membuat tujuan pembelajaran. Kata kerja yang jelas yang disarankan dari Taksonomi Bloom memberikan gambaran yang jelas untuk penilaian atau pengukuran kemampuan siswa. Menggunakan Taksonomi Bloom revisi akan lebih membantu guru melakukan pemetaan kemampuan yang harus dicapai siswa. 

Sering kali pada pelaksanaannya guru merasa bahwa menggunakan kata kerja pada tingkatan yang lebih tinggi menunjukkan bahwa kualitas pembelajarannya sangat baik. Mereka kadangkala melupakan capaian yang di bawah C1-C2. Hal ini dipengaruhi juga tuntutan yang sering didengungkan untuk merancang pertanyaan atau pembelajaran yang HOTS (High Order Thinking Skill). LOTS (Low Order Thinking Skill) sering terabaikan. Lalu apakah benar yang disusun sudah HOTS atau hanya LOTS?

Guru sering terjebak pada masalah ini. 

Benjamin Bloom menyususn taksonomi dengan sangat baik, untuk dapat mencapai HOTS siswa perlu melewati tahap LOTS. Hal ini yang menyedihkan.

Sering guru terlewat, alih alih mengejar HOTS sehingga melewatkan LOTS, berasumsi siswa sudah bisa, pada kenyataannya belum. Hal ini bisa menjadi ketimpangan. Hal-hal esensi bisa saja terlewat dari proses pembelajaran dan seperti kejar tayang. Siswa juga bisa mengganggap pelajaran menjadi lebih sulit karena mereka melewatkan masa-masa menyenangkan saat belajar di tahap LOTS. 

Mari kita mengenali karakter dari subjek pelajaran yang dibawakan, mengidentifikasi karakter siswa agar pembelajaran lebih bermakna dan menyenangkan.

Pembelajaran sekarang memang harus ke tahap HOTS namun mulailah dari LOTS agar siswa merasa terbantu. 

Salam edukasi !

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun