Mohon tunggu...
Desi Rezki Amelia
Desi Rezki Amelia Mohon Tunggu... Editor - Tertarik Islam dan Sejarahnya, Juga minat soal Pertanian dan Perikanan

Blog(k)ir: Blog cerita akhir Menceritakan akhir perjalanan hari demi hari

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Dilema Media Sosial

13 Januari 2019   22:42 Diperbarui: 13 Januari 2019   23:04 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Ketika ada orang yang dikagumi, tanpa sadar kita melakukan pemakluman untuk mencari tau lebih banyak tentang dia. Apalagi menganggumi orang dari ilmunya. 'Ah postingannya pasti ngebooster bgt nih'. Lama kelamaan rasa kagum itu berbuah pengharapan yang lebih. Berharap dia jadi pasangan hidup apalagi yg dikagumi masih jomblo. Ga berharap sama dia kok, berharap sama Allah agar berjodoh sama dia. 

Jangan terlalu berlebihan terhadap sesuatu, jika tak mau merugi. Begitupun dengan mengagumi seseorang. Karena bahaya jika terjadi. Terlalu kepo berlebihan maka muncul kagum yang berlebihan, akhirnya menaruh harapan besar. Walaupun awalnya kagum pada postingan2annya yang bermanfaat. 

Saya sebut dengan 'kagum syariah' yaitu kagum yg berawal pada postingan2 kebaikan. Terus ada harapan lebih. Buktinya, sering senyum senyum sendiri ketika melihat postingan video yg di upload olehnya. Hati hati terhadap jenis kekaguman ini. 

Kita bersyukur saat ini telah banyak anak muda yg bersyiar melalui media sosial. Selalu posting hal hal kebaikan. Menyampaikan dan meluruskan apabila ada kekeliruan yg terjadi di tengah masyarakat. Kita sebagai konsumen tetap jaga hati dan kemurnian cinta hanya padaNya.

Lain halnya jika kagum pada stylenya, kekanak2annya, kedewasaannya dst. Ini justru kagum yang tak berfaedah. Kita ga dapat manfaat sebaliknya mereka mendapat uang dari hasil kita ngefollow mereka. 

Seolah olah, aib adalah mata pencaharian mereka di media sosial. Contohnya, pernah kita dengar berita artis yang ditangkap karena endorse kosmetik palsu. Rasa malu seolah olah kalah oleh tumpukan uang yang tidak sedikit. Oleh karena itu, sebagai konsumen bijak bijaklah dalam memilah dan memilih sajian untuk otak kita.

Jangan sampai akun2 yg kita konsumsi menjadi penyebab sulitnya kita di pengadilan Allah nanti. Ya benar semua itu balik lagi ke niatan si uploader. Ya saya berniat baik, tulus dan ga berniat sombong kok. Hatimu hanya kamu dan Dia yang tahu. 

Tapi apakah cukup dengan kamu berniat baik sementara kamu tidak berfikir untuk menjaga pandangan orang orang terhadapmu?? semua orang punya sudut pandang berbeda. Jika ia tumbuh di lingkungan yg bad condition pasti pola pikirnya juga negatife thinking. Tapi apabila ia orang bijaksana dan tabayyun dulu sebelum memutuskan, sudah pasti ia orang yang berhati hati dalam bersikap. Namun sayangnya, orang seperti ini tidak banyak. 

Contohnya, sering kita dengar bahwa banyak anak artis atau para artis yang dibully bahkan ada yg diancam dan banyaknya laporan polisi mengenai kasus penangkapan para pembully ini. Ini baru yang tampak ke permukaan, belum lagi yang sengaja tidak dilaporkan karena alasan kasihan. 

Kapan ini akan berakhir?? Ini tidak akan berakhir sampai kau jaga niat dan jari jarimu untuk tidak buru buru menjudge orang alias negatif thingking. Budayakan tabayyun dulu sebelum bertindak.

Jangan terlalu kagum bahkan sampai berharap lebih pada manusia. Selayaknya pengharapan kepada Allah-lah yang patut kita lakukan. Karena Allah Maha Pencemburu. Jangan menaruh hati kepada seseorang melebihi cinta pada Allah Swt. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun