Mohon tunggu...
Desi Fatmawati
Desi Fatmawati Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa

Jarene bapak " gak oleh sombong"

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Sikap Menghukum Tanpa Kekerasan

21 September 2019   10:24 Diperbarui: 21 September 2019   10:38 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: tatwamayinews.com

Agar anak mau mengikuti rules yang diberikan oleh orang tua dan konsisten menjalaninya memang hampir mustahil untuk bisa dijalankan oleh anak. 


Jika hal tersebut membutuhkan kesepakatan bersama. Caranya,  yang paling penting adalah menyepakati.
Sebetulnya aturan-aturan kita dalam keluarga itu seperti apa? Hal itu bisa dimulai dari pertemuan-pertemuan keluarga, bahkan dari anak yang sangat kecil sekalipun,  anakyang  umur 3 tahun sudah bisa terlibat untuk membuat kesepakatan.  

Dalam membantu anak untuk menjalaninya kesepakatan ini adalah kesepakatan nggak boleh terlalu banyak. Karena jika semakin banyak peraturannya maka akan semakin sulit mengingatnya dan semakin sulit juga menjelaskan pada anak. 

Sebababnya yang ditanyakakan anak, kenapa begitu banyak peraturan di rumah? Dalam satu keluarga, Biasanya  dianjurkan 3 sampai 8 peraturan itu udah paling banyak. Kalau di keluarga masing- masing peraturan  diusulkan oleh salah satu diantaranya di kesepakatan itu,  kemudian peraturan itu kita taruh di ruangan yang bisa dilihat sehingga akan membantu juga untuk menjaga konsistensi, perlu juga adanya di kepala ibu dan diingatkan terus-menerus,  dengan gambar dengan tulisan dengan tanda tangan atau coretan. 

Masing-masing semua orang akan lebih terpacu untuk memenuhi sesuatu yang sudah disepakati .
 Ada waktu-waktu tertentu juga untuk kemudian membahasnya, menyesuaikan dan bahkan menegosiasikan apa yang ada.

Dan apakah anak boleh diberikan hukuman? Sebaiknya jangan menggunakan kata hukuman, karena sebetulnya hukuman itu sifatnya punitif dan salah yang kita lakukan adalah memberikan ancaman agar anak nurut atau tidak melakukan sesuatu karena dia takut pada hukuman itu .

Yang ingin kita tumbuhkan itu adalah disiplin dirinya dan yang kita tumbuhkan kesadaran. Sehingga hukuman pada akhirnya akan menyebabkan anak jadi marah kalau kita mengingat-ingat pengalaman kita dihukum.  Biasanya kita nggak inget pelajarannya apa kita cuma Inget aku sebel banget, benci banget pada saat diperlakukan dengan cara tertentu. 

Tapi kalau ditanya kesalahannya apa dan apa yang bisa diperbaiki biasanya kita udah nggak inget, itu salah satu contoh dan bukti bahwa hukuman sebetulnya tidak efektif dalam jangka panjang . Yang terjadi adalah begitu dihukum berhenti tapi seringkali dihukum kemudian diulang lagi. Dalam skala yang lebih besar sampai dihukum lagi begitu seterusnya.

 Tidak ada disiplin positif yang internal munculnya dari anak yang kita coba terapkan adalah konsekuensi.

Apa sih perbedaan konsekuensi dengan hukuman pada saat kita bicara konsekuensi-konsekuensi itu pasti berhubungan dengan kesalahannya. " apa kalau saya menumpahkan air di sofa dari konsekuensi yang diterima tentu bukan dikurung di kamar mandi atau tidak boleh nonton TV seharian?".  Tetapi membersihkan sofa itu sehingga menjadi kering dan membersihkan bekas air yang tumpah di manapun.

Nah pada saat memberikan konsekuensi saya juga harus tahu sebetulnya Apa sih yang butuh dipelajari anak? 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun