Dewasa ini problem yang sering muncul pada perkembangan sosial anak adalah masalah gender. Masalah gender ini sering disalah artikan oleh kebanyakan orang tua, sehingga aktivitas yang dilakukan oleh anak cenderung diatur karena orang tua khawatir anaknya akan tumbuh dan berkembang tidak sesuai dengan jenis kelaminnya.
Aktivitas yang biasanya banyak diawasi dan diatur oleh orang tua adalah bermain. Orang tua seringkali melarang anak laki-laki untuk bermain masak-masakan, karena permainan masak-masakan itu adalah permainan yang diperuntukkan bagi anak perempuan, bahkan dianggap tidak berguna bagi anak laki-laki dan telah mengubah citra baku seorang laki-laki yang gagah dan perkasa.
Sebaliknya, hal serupa pun dialami oleh anak perempuan yang dilarang orang tuanya untuk bermain sepak bola dengan alasan bahwa permainan tersebut adalah permainan untuk anak laki-laki dan menyalahi kodratnya sebagai perempuan yang dituntut untuk selalu bersikap lemah lembut.Â
Fenomena lain yang terjadi adalah orang tua dan orang dewasa melarang keras anak laki-laki untuk menangis, karena dianggapnya tidak sesuai dengan sifat laki-laki yang gagah perkasa. Hal serupa juga dialami oleh anak perempuan yang sering dikatakan agresif, ingin menang sendiri, dan tidak rasional, apabila mengekspresikan keinginan dan kebutuhannya.
Dampak yang terjadi akibat peristiwa kesalahpahaman dalam pendidikan gender terhadap perkembangan anak adalah sensitivitas anak terhadap aspek perkembangan sosialnya kurang optimal.
Hal ini cenderung akan menimbulkan pemahaman yang salah pada pola pikir masyarakat bahwa setiap laki-laki itu kuat dan setiap perempuan itu lemah, sehingga hal ini dapat berpotensi besar menimbulkan terjadinya diskriminasi dan intimidasi laki-laki terhadap perempuan. Contoh nyata yang banyak terjadi akhir-akhir ini adalah dengan adanya peristiwa kekerasan dalam rumah tangga, pelecehan seksual, dan lain-lain yang biasanya korban tersebut adalah perempuan.Â
Banyak para orang tua yang menganggap bahwa masalah gender adalah masalah yang belum saatnya untuk dibicarakan dengan anak yang dianggap sebagai suatu hal yang baru atau bahkan tabu. Oleh karena pemahaman seperti inilah, para orang tua
menjadi tidak begitu mengindahkan akan pentingnya pendidikan gender pada anak usia dini.Â
Pendidikan gender pada anak usia dini : Identitas Gender Menurut Santrock (1995) bahwa yang dimaksud dengan identitas gender adalah rasa seseorang sebagai laki-laki atau perempuan, yang diperoleh dari sebagian besar anak-anak pada waktu mereka usia 3 tahun.
Peran Gender
Papalia, dkk (2011) menyebutkan bahwa
peran gender adalah perilaku, perhatian, sikap, keterampilan dan pertimbangan ciri kepribadian sosial yang tepat dari laki-laki atau perempuan.
Banyak para orang tua yang menganggap bahwa masalah gender adalah masalah yang belum saatnya untuk dibicarakan dengan anak yang dianggap sebagai suatu hal yang baru atau bahkan tabu. Oleh karena itu, Â pemahaman seperti inilah yang sangat penting untuk mengenal gender pada anak usia dini. Â