Mohon tunggu...
Desak Ristia
Desak Ristia Mohon Tunggu... Dosen - Be Stronger

Menjadi lebih baik setiap hari

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tes yang Paling Akhir, Sebuah Analogi Penantian Menuju Pernikahan

16 Desember 2020   14:34 Diperbarui: 16 Desember 2020   14:38 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Kenalkan aku Mawar, biasanya dipanggil Rose. Aku ini tidak begitu pemilih hanya tidak mau salah pilih. Usia jangan ditanya, aku pun lupa. Jangankan tentang usia, jika ditanya hari ini hari apa, aku kadang lupa. Korona membuat aku sering lupa. Mungkin kamu juga.

Tahun 2020 ini aku ikut sebuah tes. Bukan tes pencarian jodoh. Ini tes terakhir buatku, terakhir di tahun 2020. Aku begitu bersemangat. Sebenarnya resah, gelisah tak menentu. Gimana kalau gagal ? aku dihantui perasaan itu, selalu.

Baiklah aku sudah tiba di ruangan tes. Tentunya dengan protokol kesehatan lengkap. Aku duduk di barisan kedua paling kanan. Tidak terlalu memperhatikan sekitar, aku hanya fokus dengan keteganganku, keresahanku. 

Tespun dimulai. Dapat ku rasakan pikiranku hanya fokus ke layar komputer di depanku, membaca soal satu per satu. Kali ini aku tak kan melewatkannya begitu saja. Ini amatlah berarti. Aku tak perduli di sekelilingku. Semakin lama berlalu aku mulai mendengar suara orang bercakap-cakap, aku tetap tak perduli. Suara semakin riuh. Aku tetap tak perduli. Sampai terdengar suara panitia "loohh kok ribut ? sudah selesai semua ?". Ternyata satu per satu sudah selesai dan memperoleh skor. Aku mulai melihat sekeliling mereka SEMUA sudah selesai. Masih ada waktu, aku kembali fokus mengerjakan tes. Soal yang aku baca samapi 5 kali. Karena waktu masih cukup lama. Aku tidak akan menyiakan waktu begitu saja. Aku harus melakukan yang terbaik yang aku bisa. Alhasil beberapa soal aku megubah jawaban, yang tadinya A menjadi F, yang tadinya D menjadi Z. Menjelang detik-detik akhir, pandanganku mulai kosong. Rasanya waktu semakin melambat. Seorang panitia menghampiri, "Bu Rose sudah selesai ? " iya sudah. Panitia tersebut melanjutkan, "silahkan diakhiri dan catat skornya". Aku mengikuti perintahnya. Mengucapkan terima kasih padanya, dengan pandangan kosong aku menatap skorku. Aku lupa berapa passing grade setiap item. Aku lupa. Aku semakin bingung ketika mendengar orang-orang mengatakan skor mereka rendah.

Aku menjadi yang terakhir menyelesaikan tes. Dalam pelaksaan tes aku tidak perduli dengan orang lain yang tes di ruangan itu. Aku tidak terpengaruh untuk buru-buru mengakhiri tes ketika semua sudah selesai. Aku tetap fokus menyelesaikan tes. 

*

*

*

Sama halnya dengan pernikahan. Meskipun rasanya semua teman sudah melanjutkan ke jenjang pernikahan. Aku tidak terpengaruh untuk buru-buru menikah. Tidak mau asal memilih. Hidup memang seperti ujian tapi bukan perlombaan. Orang yang menikah belum tentu bahagia dan orang yang single belum tentu penuh sengsara. Terkadang orang-orang di sekililingmu akan riuh dengan berkomentar. Mulai dari pertanyaan kapan nikah ? sampai berujung membully. Tetap saja jangan diambil hati, jangan perdulikan. Fokus dengan tujuan dan visi hidup.

Bagiku pernikahan adalah perkara penting dalam hidupku. Tidak ada satupun orang yang bisa mengintervensinya. Jika setiap orang memiliki jodohnya, begitu pula denganku. Kakek pernah berkata, "Rose carilah teman". Kalimat ini amat bermakna. Karena yang dimaksud teman = pasangan. Teman selama di dunia. Teman yang akan bisa diajak diskusi. Mungkin teman-temanku sudah menemukan teman hidupnya.  Bagiku teman hidupku sedang dalam perjalanan bertemu denganku. Tunggu dengan sabar akan tiba waktunya. Jadi siapa teman hidup Rose ? Kalau bukan lebah (tapi gak deh kalau lebah) berarti yang lain atau bahkan satu-satunya yang Mawar lihat di cermin. 

Happy Rose :D

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun