Mohon tunggu...
Dhera Paradita
Dhera Paradita Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswi

Panggil saja Dhera. Seorang mahasiswi aktif yang tertarik di bidang sosial dan pendidikan. Sangat menyukai sayur bening jenis apa saja dan buah-buahan. Bunga kesukaan yaitu, mawar putih.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Kritik Sosial: Peran Media di Indonesia Terhadap Penyandang Disabilitas

20 Maret 2020   16:49 Diperbarui: 20 Maret 2020   17:24 168
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Penyebaran Virus Covid-19 sudah semakin merebak di Indonesia, dengan laporan catatan pasien yang semakin melonjak. Positif: 309, sembuh: 15, meninggal: 25 per 19 Maret 2020 (Data Harian Kemenkes). Meski dalam kecurigaan bahwa data tak mencangkup keseluruhan populasi dan adanya rumah sakit yang tak melapor. Namun tentu saja kabar mengenai cepatnya penyebaran Covid-19 membuat serta merta kepanikan, bahkan sampai terjadinya panic buying pada masyarakat.

            Beberapa pemerintah daerah melakukan lockdown (penutupan wilayah), masyarakat pun dihimbau untuk melakukan self-quarantee (isolasi diri/tidak keluar rumah) dan social distancing (jaga jarak) oleh pemerintah pusat. Meski seharusnya membuat itu sebagai “perintah” dan bukan lagi sebagai sebuah “himbauan”, karna penyebaran yang begitu cepat dan bahkan meski sembuh pun dapat menyebabkan kerusakan paru juga bisa sampai menyebabkan kematian.

            Tanpa adanya sosialisasi atau penyuluhan mengenai Covid-19 oleh pemerintah atau instansi yang berwenang sebelumnya, ketika virus ini belum sebegitu menghebohkan masyarakat di Indonesia. Membuat sebagian masyarakat masih sangat tidak peduli dengan penyebaran Covid-19. Mengapa? Tentu, karna ketidaktahuannya lah yang menciptakan ketidakpedulian.

            Peran media sangat berpengaruh dalam situasi ini untuk selalu mengabarkan berita terkini mengenai Covid-19 maupun melakukan sosialisasi melalui media cetak maupun media online. Namun sangat memprihatinkan bahwa penyebaran berita belum secara menyeluruh. Masih banyak para penyandang disabilitas yang masih sulit mengakses informasi sehingga menjadi sangat tertinggal mengenai pemberitaan terkini virus Covid-19. Beberapa waktu lalu, saat melakukan press conference ataupun pemberitaan mengenai perkembangan penyebaran Covid-19 di beberapa stasiun televisi, kotak tempat JBI (Juru Bahasa Isyarat) tertutup logo tv, bahkan ada yang meski JBI ditempatkan di samping pembicara namun terpotong atau tidak masuk in frame.

            Meski begitu, siaran di televisi pun hanya bisa memenuhi kebutuhan para penyandang disabilitas bisu, atau tuli, atau buta. Bagaimana dengan penyandang disabilitas ganda? Seperti halnya penyintas Syndrom Usher atau buta dan tuli? Mereka akan kesulitan dalam mengakses informasi melalui siaran televisi. Tentu media sebagai pemberi informasi harus memikirkan cara penyebaran informasi secara merata, korporat media dan media nasional tidak hanya menyediakan layanan informasi melalu televisi, namun juga media cetak. Namun apakah para pemilik media ini memberdayakan media cetaknya untuk kaum disabilitas?

            Maka, sudah seharusnya para petinggi dan pemilik media dapat berpikir jauh mengenai penyebaran informasi secara merata. Mereka bisa memberikan layanan media cetak, seperti koran dengan huruf braille untuk para penyandang disabilitas, khususnya disabilitas ganda seperti buta  dan tuli.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun