Mohon tunggu...
Ade PutriNovianti
Ade PutriNovianti Mohon Tunggu... Administrasi - Mahasiswa

Mahasiswa'18

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mimpi Pemulung Lampu untuk Jagoannya

19 Juni 2021   11:59 Diperbarui: 19 Juni 2021   12:16 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pagi itu masih terlalu pagi untuk memulai aktivitas. Disaat sebagian orang masih tertidur namun tidak dengan laki-laki paruh baya ini. Pukul 4 pagi dia sudah terbangun dari tidurnya dan bersiap untuk mengais rezeki untuk keluarganya. Pagi-pagi buta sebelum matahari terbit laki-laki paruh baya itu pergi dengan motor tua yang setiap hari menjadi saksi perjalanan hidupnya. Dengan motor tuanya tersebut ia mengunjungi lapak-lapak pembuangan lampu bekas yang kemudian ia kumpulkan untuk dibawa kerumah.

Hanafi adalah seorang pemulung lampu di sebuah perkampungan yang terletak di kecamatan Cilodong, Kota Depok. Umurnya yang sudah menginjak kepala lima tak mengahalangi niat baik anaknya untuk menuntut ilmu. Dia tak pernah bosan menjalankan rutinitas yang sudah lama ia lakoni sejak lama. Pekerjaan yang sudah ia lakoni selama kurang lebih 20 tahun ini telah banyak membantu kehidupannya. Salah satunya membiayai pendidikan anaknya. Walaupun penghasilan yang ia dapat tidak banyak tetapi ia yakin kalau rezeki tidak akan tertukar. 

Walaupun ia hanya lulus dibangku Sekolah Dasar lantaran keterbatasan dana tetapi ia bercita-cita akan menyekolahkan anak-anaknya hingga bangku perkuliahan. Ia sadar bahwa saat ini pendidikan sangat begitu penting untuk anak-anaknya dan kewajiban menuntut ilmu menjadi penyemangat bagi beliau untuk mencari rezeki. Tak mengenal apa pekerjaan yang ia lakoni dan tak perduli berapa besar biaya yang dikeluarkan untuk membiayai sekolah anaknya. Hingga ia rela mengalahkan mimpinya untuk pergi ke Baitullah bersama istrinya agar ia mampu membiayai pendidikan anak-anaknya hingga bangku perkuliahan. 

Arti Penting Pendidikan  

Meskipun ia hanya seorang pemulung, tetapi dia begitu mengerti akan pentingnya pendidikan bagi anak-anaknya. Ia paham bahwa perkembangan dunia tidak dapat dipungkiri akan bertambah maju. Jika anak-anaknya tidak mengenyam pendidikan, maka akan jauh tertinggal dibelakang. Ini semua dilakukannya lantaran memang sudah kewajibannya sebagai orang tua untuk menyekolahkan anaknya setinggi mungkin. Sedikit bercerita tentang keadaan lingkungan rumahnya, Hanafi mengatakan bahwa dari ratusan anak muda di lingkungannya, bisa dibilang sangat sedikit bahkan bisa dihitung dengan jari yang mau meneruskan pendidikannya dan tau arti pentingnya pendidikan.

Sebagian dari orang tua masih belum mengerti akan pentingnya menuntut ilmu, begitu juga dengan anak-anaknya. Yang terlintas dipikiran masyarakat hanya bagaimana mendapatkan kerja bermodalkan ijazah SMA. Bahkan masyarakat sudah pesimis terlebih dahulu tidak akan mampu menyelesaikan administrasi pembayaran selama sekolah. "Padahal, kalau mereka niat dan mau pasti akan dipermudah jalannya oleh Allah, rezeki itu sudah ada yang mengatur, apalagi buat pendidikan ada saja rezeki yang datang ketika tiba waktunya bayar SPP." ujarnya dengan yakin. 

Hanafi begitu bersyukur anak-anaknya mengerti akan pentingnya pendidikan. Ia hanya perlu mendukung dan mendoakan. Karena yang ia lihat banyak sekali orang tua yang mampu menyekolahkan anak-anaknya tetapi karena ketidak pedulian anak-anak akan pentingnya pendidikan di zaman sekarang. Sosok yang begitu ramah ini tak ingin apa yang ia alami dialami pula oleh anaknya. Ia berusaha sekuat tenaga bahkan rela mengorbankan apapun demi anaknya. Satu hal yang dipikirkannya hanyalah bagaimana mencari rezeki yang halal dan berkah untuk membiayai anak-anaknya sekolah. Tak peduli bagaimana keadaan dirinya yang mulai melemah karena usia, tak peduli makanan dirumah dengan lauk yang hanya ketemu sayur, tempe, serta tahu, dan tak peduli betapa tuanya motor yang menemani aktivitasnya sehari-hari. Baginya kalau semua masih bisa digunakan dan masih bisa dimakan, ia tidak akan mengganti dengan yang baru dan selalu mensyukurinya. 

Pak Hanafi pun berpesan kepada anaknya untuk tetap bersyukur, bagaimana keadaan keluarganya dan bagaimana latar belakang orang tuanya tidak menjadikan ia menjadi pribadi yang tidak mau belajar dan menjadi putus asa. Karena masa depan bukan tergantung bagaimana latar belakang dan keadaan orangtua, tetapi masa depan itu sesuai dengan pribadi kita masingmasing. 

Mengakhiri ceritanya, sebagai orang tua ia berharap dimanapun anak-anaknya berada dan apapun kedepannya anak-anaknya akan menjadi seperti apa kelak anak-anaknya mampu mengamalkan ilmu yang diperolehnya saat ini untuk turut memajukan bangsa dan Negara. Ia berharap anaknya akan bermanfaat bagi masyarakat. Dan Pak Hanafi sangat berharap kelak kalau anaknya tidak lagi tinggal bersama dirinya untuk kepentingan pendidikan ataupun kepentingan pekerjaan agar sang anak tidak salah pergaulan, karena baginya pergaulan yang negative akan memberikan dampak negative juga untuk dirinya kedepan, selalu mengingat kepada tuhan atas segala pencapaian yang ada, serta semoga anaknya bisa menjaga kehormatannya agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Sebab ia percaya bahwa sebaik manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia yang lainnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun