Pengertian Filsafat Ilmu
Filsafat ilmu adakah bentuk refleksi kritis terhadap proses dan hasil dari ilmu pengetahuan itu sendiri. Tujuan utama dari filsafat ilmu adalah untuk memahami secara mendalam hakikat ilmu, metode ilmiah, serta dampaknya terhadap kehidupan manusia. Tiga ruang lingkup utama yang menjadi fokus kajian filsafat ilmu adalah epistemologi, ontologi, dan metodologi. Pemahaman terhadap ketiga aspek ini sangat penting bagi para ilmuwan maupun masyarakat luas. Memahami filsafat ilmu, seseorang dapat lebih bijak dalam menilai batasan dan pengaruh dari ilmu pengetahuan terhadap kehidupan sehari-hari (Reyvani dkk., 2025).
Filsafat ilmu juga memberikan landasan berpikir kritis yang membantu dalam mengevaluasi kebenaran dari berbagai klaim ilmiah yang berkembang (Rofiq, 2018). Selain itu, filsafat ilmu mendorong adanya refleksi etis terkait penggunaan ilmu, serta peran ilmu untuk menciptakan keadilan yang berkelanjutan bagi masyarakat. Perlu disadari bahwa filsafat ilmu bukanlah cabang ilmu yang berdiri sendiri, melainkan bersifat reflektif terhadap ilmu pengetahuan lainnya. Fokus utamanya bukan untuk mencari jawaban mutlak, melainkan untuk menggugah pertanyaan-pertanyaan mendalam tentang hakikat dan perkembangan ilmu. Dengan demikian, filsafat ilmu menjadi jembatan penting dalam memahami hubungan antara ilmu pengetahuan dan eksistensi manusia (Reyvani dkk., 2025).
Ontologi
Secara etimologis, istilah ontology adalah sebuah kata dari Bahasa Yunani, yaitu ontos yang artinya ada atau keberadaan dan kata logos yang artinya studi atau ilmu. Jadi dipahami sebagai cabang ilmu yang mengkaji keberadaan dan hakikat sesuatu, baik berupa realitas jasmani atau konkret maupun rohani atau abstrak. Ontologi berusaha menyelidiki sifat dasar dari sesuatu yang nyata secara fundamental serta cara berbeda dari wujud kategori-kategori logis, seperti objek fisik, hal universal, maupun abstraksi. Dalam tradisi klasik, ontologi dianggap sebagai teori mengenai aturan dasar secara menyeluruh tentang keberadaan, sementara dalam perkembangannya kini, ontologi dipahami sebagai teori yang menguraikan hal-hal yang ada (Bakri dkk., 2023).
Secara estimologis, kata ontologi berasal dari Bahasa Yunani, yakni "on" yang berarti ada dan "logos" yang berarti pemikiran atau keberadaan. Dengan demikian, Ontologi dapat diartikan sebagai kajian mengenai sesuatu yang eksis serta hakikat keberadaannya. Menurut A.R. Lacey, ontologi menempati posisi inti dalam bidang metafisika. Metafisika sendiri merujuk pada disiplin ilmu yang berkembang setelah fisika, yang secara umum membahas hakikat alam dan keberadaannya. Dalam studi metafisika, isu-isu utama yang dikaji meliputi hakikat dasar alam semesta, seperti apakah realitas bersifat tunggal (monistik) atau terdiri atas banyak unsur (pluralistik), bersifat tetap atau mengalami perubahan, dan apakah alam semesta ini merupakan suatu kebenaran mutlak atau sekadar kemungkinan belaka. (Bakri dkk., 2023).
Epistemologi
Epistemologi berasal dari bahasa Yunani "episteme" yang artinya pengetahuan dan "logos" yang berarti diskusi atau ilmu. Menurut Simon Blackburn dalam bukunya The Dictionary of Philosophy, epistemologi adalah salah satu cabang filsafat yang mengkaji tentang sumber, karakteristik, esensi, dan ragam pengetahuan. Topik ini merupakan salah satu bahasan yang paling banyak menimbulkan perdebatan dalam dunia filsafat., terutama mengenai definisi pengetahuan, ciri-cirinya, ragamnya, dan hubungannya dengan kebenaran serta keyakinan. Blackburn juga menjelaskan bahwa epistemologi berkaitan dengan konsep sains, asumsi dasar, landasan berpikir, serta tanggung jawab manusia dalam mengelola representasi pengetahuan. Pengetahuan itu sendiri diperoleh melalui berbagai metode, seperti penalaran induktif, deduktif, pendekatan positivistik, kontemplasi, maupun persuasi (Pajriani dkk., 2023).
Kajian epistemologi menelusuri bagaimana manusia mendapatkan pengetahuan, hal-hal apa yang perlu diperhatikan untuk memastikan kebenarannya, serta cara menetapkan standar atau kriteria kebenaran tersebut., serta cara menetapkan standar atau kriteria kebenaran tersebut.. Objek kajiannya menelaah bagaimana sesuatu dapat diketahui, bagaimana membedakannya dengan yang lain, serta bagaimana hal itu dipahami dalam ruang dan waktu tertentu. Landasan epistemologi mencakup prosedur mendapatkan pengetahuan tmengenai logika, etika, serta estetika, termasuk dalam kebenaran ilmiah, kebaikan moral, dan keindahan seni. Dengan demikian, epistemologi berfungsi sebagai kerangka untuk mempertanyakan dasar dan prosedur yang memungkinkan seseorang memperoleh pengetahuan yang sahih. Kesimpulannya, epistemologi tidak hanya menyoal asal pengetahuan, tetapi juga cara membangun standar kebenaran, keindahan, dan kebaikan yang dapat dipertanggungjawabkan (Pajriani dkk., 2023).
Aksiologi
Aksiologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu "axios" yang berarti nilai, dan "logos" yang berarti ilmu atau teori. Secara singkat, aksiologi dapat diartikan sebagai teori tentang nilai dan termasuk salah satu cabang filsafat.. Kajian dalam disiplin ini membahas penerapan atau penggunaan ilmu pengetahuan dalam kehidupan. Dengan demikian, aksiologi menyoroti tujuan dari ilmu pengetahuan serta bagaimana manusia memanfaatkannya (Sanprayogi & Chaer, 2017).
Ilmu dalam perspektif aksiologi mencakup seluruh nilai kehidupan, baik yang bersifat positif maupun negatif. Aksiologi membantu memahami apa itu ilmu pengetahuan, mengapa ilmu ada, bagaimana proses terjadinya, apa saja bentuknya, serta bagaimana manusia menggunakannya. Dengan begitu, aksiologi memiliki hubungan erat dengan nilai kehidupan manusia, seperti keindahan, kesetiaan, kecurangan, dan keadilan Para ahli yang mendalami bidang ini disebut aksiologi, yakni mereka yang memahami hakikat nilai secara mendalam dan kemudian menyampaikannya kepada masyarakat, misalnya seorang dosen yang mentransfer pengetahuan kepada mahasiswa (Sanprayogi & Chaer, 2017).
Hubungan ketiga aspek (Ontologi, Epistimologi, dan Aksiologi)
Pentingnya ilmu pengetahuan dalam kehidupan manusia mendorong para filsuf untuk merumuskan pola pikir yang sistematis dan logis terkait studi ilmu pengetahuan. Dari pemikiran ini, muncul cabang filsafat ilmu yang secara khusus mengkaji hakikat ilmu itu sendiri. Seiring waktu, lahir berbagai cabang ilmu pengetahuan, termasuk dalam bidang ilmu sosial beserta subdivisinya. Para filsuf mengelompokkan pilar-pilar filsafat ilmu ke dalam tiga aspek utama, yaitu ontologi, epistemologi, dan aksiologi. Ontologi fokus pada hakikat ilmu dengan mempelajari keberadaan dan kebenaran ilmu tersebut. (Munip, 2024).
Sementara itu, epistemologi menitikberatkan pada metode dan cara pengembangan ilmu pengetahuan, yang mencakup sumber serta teknik yang digunakan ilmuwan dalam proses pembelajaran. Aksiologi kemudian membahas nilai dan manfaat ilmu pengetahuan dengan mengevaluasi kelayakan pengembangannya. Secara sederhana, ontologi membahas tentang eksistensi ilmu, epistemologi mempelajari proses perkembangan ilmu, dan aksiologi menilai nilai guna ilmu tersebut. Ketiga aspek ini saling melengkapi dalam membentuk pemahaman yang utuh tentang ilmu pengetahuan. Dengan demikian, filsafat ilmu menjadi dasar penting untuk mengarahkan ilmu agar berkembang secara benar dan bermanfaat (Munip, 2024).
Kesimpulan
Ontologi, epistemologi, dan aksiologi adalah tiga aspek utama dalam filsafat ilmu yang saling terkait. Ontologi membahas hakikat objek ilmu, epistemologi mengatur cara memperoleh pengetahuan, dan aksiologi menilai manfaat ilmu bagi manusia. Ketiganya membentuk kesatuan yang penting agar ilmu berkembang secara logis dan bertanggung jawab. Memahami hubungan ini memastikan ilmu tidak hanya benar secara teori, tetapi juga berguna secara praktis. Dengan dasar filosofis yang kuat, ilmu dapat membawa kemajuan sekaligus menjaga etika penggunaannya.
Daftar Putaka
Albadri, P. B., Ramadani, R., Amanda, R., Nurisa, N., Safika, R., & Harahap, S. S. (2023). Ontologi Filsafat. PRIMER: Jurnal Ilmiah Multidisiplin, 1(3), 311-317.
Munip, A. (2024). Ilmu dalam Tinjauan Filsafat: Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi. Al-Aulia: Jurnal Pendidikan Dan Ilmu-Ilmu Keislaman, 10(1), 49-58.
Pajriani, T. R., Nirwani, S., Rizki, M., Mulyani, N., Ariska, T. O., & Harahap, S. S. A. (2023). Epistemologi Filsafat. PRIMER: Jurnal Ilmiah Multidisiplin, 1(3), 282-289.
Reyvani, D., Sari, I. D., Yuanita, P., & Zein, A. W. (2025). Pengertian Filsafat Ilmu dan Ruang Lingkup Filsafat Ilmu. Jurnal Multidisiplin Ilmu Akademik, 2(1), 502-512.
Sanprayogi, M., & Chaer, M. T. (2017). Aksiologi filsafat ilmu dalam pengembangan keilmuan. AL-MURABBI: Jurnal Studi Kependidikan dan Keislaman, 4(1), 105-120
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI