Mohon tunggu...
denny suryadharma
denny suryadharma Mohon Tunggu... Freelancer - penjelajah rasa, merangkum dalam kata bermakna untuk dikabarkan pada dunia

lahir di bandung, suka dengan dunia kuliner, traveling dan menulis lepas.

Selanjutnya

Tutup

Foodie

Kepadamu Rawon, Aku Mabuk Kepayang

16 November 2018   15:35 Diperbarui: 16 November 2018   15:43 341
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jika di Vietnam ada Pho yakni sup dengan taburan touge segar, maka Indonesia punya rawon yang juga diberi touge segar tidak kalah lezatnya. Meski berkuah hitam namun makanan khas dari wilayah jawa timur ini banyak sekali penggemarnya, bahkan di luar negeri rawon ini sampai dinamai black soup hehehe.

Sebagai penjelah rasa, tentu aku penasaran dengan cita rasa asli salah satu kuliner legendaris ini. sehingga saat berkunjung ke Kota Malang maka aku sempatkan untuk mampir ke bilangan Jalan Zainul Arifin Sukoharjo.  

Konon depot rawon nguling ini selalu konsinten dengan cita rasa penyajiannya sejak tahun 1942. Dari literarur yang ada, depot rawon nguling ini pertama kali berdiri di probolinggo dan setalah itu membuka cabang di kota ini pada tahun 80 han dan tidak pernah sepi pengunjung hingga saat ini.

Meski porsinya cukup besar namun rawon nguling ini dan dagingnya sedikit berlemak namun kuahnya terasa segar dan ringan di lidah. Perpaduan dari bumbu halus seperti bawang merah, bawang putih, kemiri, ketumbar, jahe, merica dan kluwak ini saling melengkapi sehingga menciptakan harmoni rasa tanpa harus menonjolkan siapa yang paling berperan hehehe.

Untuk rasa segar dari kuah rawon ini didapat dari daun jeruk, sementara itu penambahan touge pendek secara terpisah membuat sensasi tersendiri saat tergigit, krenyes krenyes gitu deh saat tergigit. Nah, bagi penyuka pedas, bisa ditambahkan sambal terasi sesuai dengan selera plus kerupuk udang dengan ukuran jumbo membuat mulut ini tiada henti mengunyah hingga nasi rawon tandas tak tersisa.

Potongan daging dan irisan lauk pauknya yang tebal dan besar, membuat ini terasa nyaman dan kenyangnya pool abis. Sambil menunggu nasi turun, di temani oleh air jeruk hangat, aku penasaran dengan bumbu utama dari nasi rawon ini yaitu keluwak. dari berbagai sumber yang dikumpulkan ternyata keluak ini punya banyak nama sesuai tergantung dari daerahnya seperti di jawa barat keluak ini dinamakan picung,atau orang betawai menyebutnya  pucung untuk daerah lainnya ada juga yang menyebutnya pamarrasan, keluwek dan kepayang.

Harus melewati proses panjang terlebih dahulu

eatingasia.typepad.com
eatingasia.typepad.com
Keluak ini dari dulu sudah dipergunakan untuk memberikan warna hitam alami seperti untuk mengolah rawon, gabus pucung atau sayur brongkos. Namun sebelum dipergunakan sebagai bumbu masakan ternyata keluak ini harus diproses terlebih dahulu agar aman untuk dikonsumsi. Karena keluak ini ternyata mengandung asam sianida.

Nah untuk menghilangkan racun ini, orang tua kita dulu selalu membiarkan terlebih dahulu buah keluak matang yang berjatuhan. Dibiarkan dalam panas dan hujan untuk menghilangkan selaput sabut pembungkusnya. Namun selain itu, untuk mempercepat proses pengolahan agar bisa dikonsumsi, buah keluak matang ini dimasukan ke dalam karung dan direndam air.  Tujuannya agar kulit atau sabutnya mudah dikupas. Setelah didapat kulit cangkang yang keras, keluak ini kembali menjalani proses pencucian dan perendaman selama tiga hari. Selama perendaman ini, setiap 6 jam sekali airnya wajib diganti untuk menghilangkan racun asam sianida dengan konsentrasi tinggi. karena jika sampai termakan bisa menyebabkan mabuk, dan mungkin istilah mabuk kepayang muncul dari sini hehehehe

Lantas apakah prosesnya selesai, ternyata belum. Karena masih ada proses selanjutnya yaitu perebusan dan penyimpanan selama 40 hari. Prosesnya, setelah melewati perebusan selama satu jam, keluwak ini kemudian dikeringkan lalu disimpan dalam wadah tertutup berisi abu sekam. Selain itu ada juga yang menguburnya dalam tanah dan diatasnya ditutupi oleh daun pisang selama 40 hari. Nah, setelah proses panjang itu barulah biji keluak ini siap digunakan sebagai bumbu masakan.

Wih ternyata panjang juga yah prosesnya dari pengolahan keluak ini. nah, dari proses yang panjang ini kita bisa belajar lebih menghargai setiap rempah yang ada di Indonesia. mari lestariakn bersama dan tetap sehat untuk bisa terus menjelajahi dan menikmati kuliner khas indonesia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun