Mohon tunggu...
denny prabawa
denny prabawa Mohon Tunggu... Editor di Balai Pustaka -

penulis, penyunting, penata letak, perancang sampul, pedagang, pensiunan pendaki, dan masih banyak lagi sederet identitas yang bisa dilekatkan kepadanya.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Satpam Mal (Lagi): Dilarang Duduk!

13 Oktober 2015   16:44 Diperbarui: 13 Oktober 2015   17:19 518
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="ilustrasi (www.security-guard.ca)"][/caption]Dua hari lalu, tepatnya tanggal 10, saya diusir satpam mal karena makan sambil dudul di lantai mal. Saya memaklumi tindakan itu karena saya pikir, makanan bisa saja mengotori lantai mal. Oleh sebab itu, satpam melarang saya, istri, dan kedua anak saya makan roti yang dibeli di mal itu sambil duduk di lantai. 

Ternyata, dugaan saya keliru. Satpam itu bukan melarang saya makan sambil duduk di lantai mal, melainkan melarang saya duduk di mal. Jadi, bukan makanan yang saya pikir bisa mengotori lantai mal penyebab satpam itu mengusir saya. Dari masa saya bisa menyimpulkan seperti itu?

Hari ini, saya kembali ke mal itu lagi untuk beli buku. Setelah pilah-pilih dan membeli kurang lebih 20 buku saya membayar buku-buku itu di kasir. 250 ribu saya serahkan kepada kasir yang segera memberikan dua kantong plastik buku yang saya beli.

Saat hendak meninggalkan mal, istri saya menanyakan letak ATM karena kami tidak membawa uang chash. Rencananya, setelah dari mal kami akan makan siang di warung-warung yang ada di sekitar pemda kabupaten Bogor. Saya menyerahkan dompet kepada istri. Ia langsung naik ke lantai 1. DI sana, ada beberapa ATM dari beberapa bank.

Karena merasa lelah setelah putar-putar dan menenteng plastik berisi buku, saya berjongkong di samping toko pakaian yang berada di sisi Starbuck. Anak saya langsung duduk di lantai persis di depan saya sambil menunggu bundanya kembali dari ATM.

Seorang satpam lelaki yang seusia mahasiswa tingkat akhir menghampiri kami dengan sikap tubuh yang agak ragu. Dari jauh, saya sudah tahu maksud satpam itu menghampiri kami. Pasti, satpam itu mau mengusir kami seperti dua hari yang lalu.

"Permisi, Pak," sapa satpam itu dengan wajah yang diramah-ramahkan.

Saya tidak menjawab sapaannya dan hanya menoleh sekilas saja kepadanya.

"Jangan duduk di sini, Pak, di sana saja," kata satpam itu sambil menunjuk ke arah luar mal.

"Ya, sebentar saja," kata saya tanpa menoleh.

Satpam itu beranjak tak jauh dari tempat saya berjongkok. Ia berdiri di sana, seperti menunggui saya. Saya tidak memedulikannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun