Oleh Denny JA
Pada malam yang panas di akhir Agustus 2025, seorang sopir ojol di Makassar menutup aplikasinya dengan tangan gemetar.
Hari itu ia hanya mendapat tujuh order. Ini jauh di bawah rata-rata. Harga beras di pasar naik tajam. Cicilan motornya menumpuk.
Kabar terakhir dari grup WhatsApp rekan-rekannya membuat dadanya sesak: akan ada aksi besar di depan kantor DPRD.
"Kalau kita diam, kita habis," tulis seorang temannya.
Di jalan-jalan kota yang sejak lama dikenal sebagai jantung perdagangan rempah, lampu-lampu neon berkedip di atas wajah-wajah lelah.Â
Ia tahu. Ini bukan lagi sekadar soal ongkos ojek atau harga bensin. Ini soal martabat hidup. Dan ketika massa mulai turun ke jalan, ia sadar: keresahan yang ia simpan selama berbulan-bulan ternyata juga dirasakan banyak orang lain.
-000-
Kisah di atas tidak berdiri sendiri. Dua bulan sebelumnya, 4 Juni 2025, LSI Denny JA merilis survei opini publik. Jejak digital hasil survei itu masih mudah ditemukan, karena banyak dipublikasikan media arus utama.
Hasilnya jelas: di tengah lima rapor biru yang cukup melegakan, ada dua rapor merah yang menyalakan alarm keras bagi pemerintah Prabowo--Gibran.Â