Mohon tunggu...
Denis Guritno Sri Sasongko
Denis Guritno Sri Sasongko Mohon Tunggu... Guru - Pendidik dan Pembelajar

Belajar menulis populer di Komunitas Guru Menulis dengan beberapa publikasi. Pada 2020, menyelesaikan Magister Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial di Universitas Indraprasta PGRI.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Genealogi Kisah Tivus dan Dua Guru Bahasa Latin yang Mengubah Hidup Saya

27 November 2023   00:13 Diperbarui: 28 November 2023   07:00 340
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.kalderanews.com/wp-content/uploads/2019/05/doni-koesoema.jpg

Hari Guru, ada dua guru yang spesial di hati saya. Pertama, Fr. Albertus Doni Koesoma, SJ dan yang kedua Romo Joannes Madyasusanta, SJ. Beliau berdua adalah guru Bahasa Latin saya semasa SMA dulu. Dan ini adalah cerita tentang mereka. 

Fr. Albertus Doni Koesoema, SJ dan Tentang Rosa-ae

Setahun sebelum diajar oleh Romo Madya, demikian beliau kami sapa, kami diajar oleh Pak Albertus Doni Koesoema. Kala itu, beliau adalah Frater TOKER (Tahun Orientasi Kerasulan) di SMA kami, SMA Seminari Mertoyudan. Kami memanggilnya Frater Doni. Beliaulah yang membimbing kami untuk membuka lembar demi lembar Elementa Linguae Latinae Liber Primus. Tugas kami ya tentu berjibun. Simak saja kalimat berikut, Puella terram arat (Gadis membajak tanah). Kami diminta untuk menganalisis kalimat tersebut. Sederhananya, tentukan mana yang subjek, mana yang predikat, mana yang objek. Namun, Bahasa Latin ternyata tak semudah itu. Ujian Tengah Semester kami adalah menentukan casus, numerus, dan genus dari masing-masing kata dalam kalimat itu. Contoh, kata Puella pada kalimat Puella terram arat (Casusnya adalah Nominativus/nominatif. Artinya, di bawah kata tersebut, ditulis  N. Numerusnya adalah singularis. Artinya, di bawah kata tersebut, ditulis S. Genusnya adalah Femininum. Artinya, di bawah kata tersebut, ditulis F). Demikian pulalah dengan kata terram, yang asal katanya adalah terra-ae (tanah, bumi). Sementara, arat (membajak) berasal dari kata kerja arare. Puyeng kan? 

Dalam Bahasa Latin, dikenal deklinasi (declinatio) dan konjugasi (coniugatio). Setiap kata benda memiliki deklinasi tersendiri, kekhasan dan kekecualian. Kata benda pun dibagi menjadi tiga jenis; masculinum, femininum, dan neutrum. Tentu saja, sekali lagi masing-masing dengan kekhasan dan kekecualiannya. Demikian pula, kata kerja. Contohlah kata benda puella-ae (gadis). Kami diwajibkan menghapal tasrif rosa-ae untuk deklinasi pertama. "Rosa, rosae, rosae, rosam, rosa, rosa!" teriak kami memenuhi seluruh kelas ketika diajak Frater Doni menghapal deklinasi. Sampai akhirnya, kami berhasil mengucapkan dengan lancar, puella pulchra est! (Gadis itu cantik!) Dari beliaulah, saya belajar bahwa tips belajar bahasa jangan dibatin, harus dituturkan dan diucapkan. Tentu, pakai suara yang jelas, lantang, dan lugas.  

Romo Joannes Madyasusanta, SJ dan Kisah Tivus

https://www.facebook.com/prompang.jesuit/photos/a.948965608463920/1938360176191120/?type=3&paipv=0&eav=AfZ9-BtfhCUsRNMCR3xgoBgJjwsUDXXfaJ6NaLkWK1vLk3e
https://www.facebook.com/prompang.jesuit/photos/a.948965608463920/1938360176191120/?type=3&paipv=0&eav=AfZ9-BtfhCUsRNMCR3xgoBgJjwsUDXXfaJ6NaLkWK1vLk3e

Selesai Kelas Persiapan Pertama (KPP), saya mulai masuk kelas 1 SMA dengan kurikulum SMA pada umumnya. Kalau sebelumnya, saya belajar Bahasa Latin, Kepribadian, Liturgi, Sejarah Gereja. Beberapa pelajaran masih dilanjutkan ditambah mata pelajaran mengikuti kurikulum pemerintah. Frater Doni yang semula mengajar Bahasa Latin diganti Romo Madya. 

Pagi itu, langkahnya mantap memasuki kelas. Beliau memperkenalkan diri. Saya ingat beliau sering bercerita tentang pengalamannya belajar filsafat di Poona, India. Di kemudian hari, baru saya tahu bahwa Romo Madya memang malang melintang dalam dunia bahasa. Sebelum di Seminari Mertoyudan, beliau pernah menjadi Ketua Jurusan dan mengampu kuliah Pengantar Linguistik dan Logika di IKIP Sanata Dharma Yogyakarta. 

Kalau boleh saya syukuri, Frater Doni meletakkan dasar yang kuat bagi kami untuk mengikuti kelas berikutnya. Dengan Romo Madya, kami mulai membuka buku kedua dan ketiga, Elementa Linguae Latinae Liber Secundus dan Tertius. Kalau sebelumnya kami sudah mengenal puella pulchra est, sekarang kami harus belajar anak kalimat. "Puer qui ibi stat est pater meus." Begitulah Romo Madya mulai mengenalkan kami dengan kalimat kompleks.  

Memang, tak ada cara lain semasa SMA dulu selain sering-sering menulis kosa kata baru dan menghapalkannya. Dengan menulis, saya belajar sekali. Dengan belajar menghapalkannya, saya belajar dua kali. Maka tak heran, ada saja kertas kecil-kecil yang saya tulisi kosa kata, deklinasi, dan konjugasi. Kertas itu saya bawa ke mana-mana. Frater Doni sering mengingatkan repetitia est mater scientiarum (pengulangan adalah ibu dari pengetahuan-pengetahuan). Maka, Romo Madya pun tak kalah tegas dengan sesanti lain, cum carta et calamo (dengan kertas dan pena). Beliau ingin menegaskan, ya kalau mau mengulang dan memahami penjelasan, catat! 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun