Mohon tunggu...
Deni Miftarani
Deni Miftarani Mohon Tunggu... Mahasiswa

Saya seorang mahasiswa aktif STIE IEU Yogyakarta dengan jurusan D3 Manajemen Pemasaran.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Tanpa Cloud, Bisnismu Sekadar Warisan Masa lalu

18 Oktober 2025   13:46 Diperbarui: 18 Oktober 2025   13:52 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

I. PENDAHULUAN

Lanskap bisnis global telah mengalami perubahan besar yang dipicu oleh percepatan digitalisasi serta meningkatnya kompleksitas kebutuhan konsumen. Dalam konteks Revolusi Industri 4.0, infrastruktur teknologi informasi (IT) kini tidak lagi dipandang hanya sebagai beban operasional, melainkan sebagai aset strategis utama yang menentukan daya saing dan kemampuan adaptasi sebuah perusahaan (Kagermann, 2020). Perubahan ini secara mendasar telah menggeser paradigma lama mengenai infrastruktur IT tradisional yang berbasis lokal (on-premise), yang umumnya ditandai oleh tingginya biaya modal (Capital Expenditure atau Capex), proses penyediaan yang lambat, serta keterbatasan fleksibilitas.

Perubahan mendasar tersebut menegaskan meningkatnya kebutuhan dunia bisnis terhadap skalabilitas yang cepat dan elastis, serta kemampuan untuk mengelola dan memproses volume data besar (Big Data) yang terus bertambah secara eksponensial. Ketika data menjadi mata uang baru, kemampuan untuk mengakses, menganalisis, dan memanfaatkan informasi secara real-time menjadi faktor pembeda utama antara perusahaan yang mampu berinovasi dan perusahaan yang tertinggal (Davenport & Ronanki, 2022). Dalam situasi inilah, cloud computing hadir sebagai solusi infrastruktur yang paling relevan dan dominan.

Secara definisi, cloud computing adalah penyediaan sumber daya komputasi---meliputi server, penyimpanan, basis data, jaringan, perangkat lunak, analitik, dan kecerdasan buatan---melalui Internet (the cloud) dengan sistem pembayaran berbasis penggunaan (pay-as-you-go). Konsep ini mencakup tiga model layanan utama, yaitu Infrastructure as a Service (IaaS) yang menyediakan infrastruktur mentah, Platform as a Service (PaaS) yang menawarkan lingkungan pengembangan dan penerapan aplikasi, serta Software as a Service (SaaS) yang menyediakan aplikasi siap pakai (Mell & Grance, 2021).

Berdasarkan analisis tersebut, pernyataan dalam esai ini menegaskan bahwa cloud computing telah melampaui perannya sebagai sekadar alat bantu teknologi, dan kini menjadi fondasi utama infrastruktur bisnis modern. Teknologi ini memungkinkan perusahaan mencapai efisiensi biaya yang optimal, skalabilitas operasional tanpa batas, serta mempercepat laju inovasi yang sangat penting untuk mempertahankan daya saing di pasar global. Essay ini akan dianalisis melalui empat argumen utama, yaitu skalabilitas dan elastisitas, efisiensi biaya dan perubahan model keuangan, akselerasi inovasi, serta peningkatan keamanan dan keberlangsungan bisnis.

II. PEMBAHASAN

Skalabilitas dan Elastisitas Operasional

Salah satu argumen paling kuat yang menegaskan posisi cloud computing sebagai fondasi utama infrastruktur bisnis adalah kemampuannya dalam menghadirkan skalabilitas dan elastisitas yang hampir tak terbatas (Armbrust et al., 2023). Skalabilitas berarti kemampuan sistem untuk menangani peningkatan beban kerja secara efisien, sedangkan elastisitas mengacu pada kemampuan sistem untuk secara otomatis menambah (provision) maupun mengurangi (de-provision) sumber daya komputasi sesuai dengan kebutuhan (on-demand). Kedua aspek ini menjadi faktor penting bagi perusahaan dalam menjaga daya saing di tengah dinamika ekonomi yang terus berubah.

Dalam model infrastruktur konvensional, perusahaan sering kali harus melakukan investasi besar di awal (over-provisioning) untuk memastikan sistem mampu menghadapi lonjakan beban pada periode tertentu, seperti musim puncak penjualan e-commerce atau peluncuran produk baru. Apabila beban kerja ternyata melampaui kapasitas yang tersedia, sistem dapat mengalami perlambatan atau bahkan gangguan. Sebaliknya, cloud computing memungkinkan proses scaling secara horizontal, di mana sumber daya tambahan dapat disediakan hanya dalam hitungan detik guna menangani lonjakan beban, lalu dilepaskan kembali ketika permintaan menurun (Gartner, 2024).

Elastisitas otomatis tersebut memberikan kebebasan bagi perusahaan untuk berfokus pada kepuasan pelanggan tanpa harus memikirkan keterbatasan perangkat keras fisik (Kim & Lee, 2021). Selain itu, cloud computing juga menawarkan kemampuan skalabilitas global. Perusahaan yang ingin memperluas pasar, misalnya dari Asia Tenggara ke Eropa, dapat mendeploy aplikasi mereka ke wilayah cloud baru hanya dalam beberapa langkah, tanpa perlu menghabiskan waktu bertahun-tahun dan biaya besar untuk membangun data center fisik. Keunggulan berupa ketersediaan global dan latensi yang rendah menjadikan cloud sebagai solusi operasional yang jauh lebih unggul dibandingkan infrastruktur on-premise berskala menengah.

EFISIENSI BIAYA DAN PERGESERAN MODEL KEUANGAN

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun