Mohon tunggu...
Deni Miftarani
Deni Miftarani Mohon Tunggu... Mahasiswa

Saya seorang mahasiswa aktif STIE IEU Yogyakarta dengan jurusan D3 Manajemen Pemasaran.

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence

Menguak Rahasia Predictive Analytics untuk Inventaris Masa Depan

12 Oktober 2025   11:01 Diperbarui: 12 Oktober 2025   10:59 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Artificial Intelligence. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Gerd Altmann

I. PENDAHULUAN

Perubahan mendasar dalam skema bisnis global didorong oleh adopsi masif teknologi digital, yang menghasilkan ekonomi digital dengan ciri khas volume data besar (Big Data) serta dinamika permintaan yang serba cepat (Wijaya & Santosa, 2024). Dalam operasional rantai pasok, manajemen inventaris selalu dihadapkan pada tantangan trade-off, sebuah dilema pelik antara menghindari kerugian penjualan dan potensi hilangnya loyalitas pelanggan akibat kekurangan stok dengan mencegah peningkatan biaya penyimpanan (holding cost), risiko kerusakan, dan kerugian nilai akibat kelebihan stok (overstocking) (Depari et al., 2023). Mengingat kompleksitas dan sifat nonlinier pasar modern, metode proyeksi permintaan konvensional, yang biasanya hanya mengandalkan rata-rata bergerak atau penilaian subjektif, terbukti tidak memadai. Ketidakakuratan dalam proyeksi ini secara langsung merusak efisiensi inventaris, sehingga memicu kebutuhan mendesak akan pendekatan yang lebih mutakhir dan berbasis data.

Merespons tantangan ini, Predictive Analytics (PA) muncul sebagai disiplin ilmu yang memanfaatkan data historis, algoritma statistik, dan teknik machine learning untuk menghasilkan prediksi yang informatif dan probabilistik tentang kejadian atau perilaku mendatang. Berbeda dari analisis deskriptif atau diagnostik, PA berfokus pada pertanyaan kunci, "Apa yang akan terjadi?" (Hasanah & Permana, 2022). Intinya, PA berfungsi dengan mengidentifikasi pola tersembunyi dan hubungan kompleks dalam kumpulan data yang luas, mulai dari catatan transaksi internal hingga data eksternal seperti tren media sosial atau fluktuasi harga komoditas. Model PA kemudian dilatih untuk mengekstrapolasi pola ini ke masa depan, menghasilkan proyeksi permintaan produk dengan akurasi yang jauh lebih superior. Adopsi PA ini menandai pergeseran dari pengambilan keputusan yang reaktif (fire-fighting) menuju perencanaan yang proaktif dan adaptif.

Berdasarkan hal ini, esai ini bertujuan untuk menganalisis peran krusial Predictive Analytics dalam lingkungan bisnis kontemporer, yang secara spesifik mencakup, 1) bagaimana PA secara fundamental meningkatkan akurasi proyeksi permintaan, baik untuk tren yang sudah mapan maupun produk baru, 2) pembahasan implementasi praktis PA ke dalam sistem manajemen inventaris digital, dan 3) penjelasan mengenai manfaat strategis yang diperoleh dari penerapan PA, terutama terkait peningkatan efisiensi operasional dan profitabilitas.

II. PREDICTIVE ANALYTICS DAN PROYEKSI PERMINTAAN PRODUK

A. Metodologi dan Teknik PA dalam Proyeksi Permintaan

Kelebihan utama PA terletak pada kapabilitasnya memproses berbagai sumber data demi menyajikan gambaran permintaan yang utuh. Data yang diolah tidak terbatas pada rekaman penjualan historis dan tren musiman internal, tetapi juga mencakup variabel yang kurang terstruktur, misalnya data promosi, strategi penetapan harga, sentimen pelanggan dari media sosial, bahkan data geografis dan cuaca yang relevan (Prasetyo & Wibowo, 2021). Kombinasi variabel internal dan eksternal ini membentuk kumpulan fitur yang kaya untuk proses pelatihan model.

Dalam memproses dan memproyeksikan permintaan, PA mengandalkan serangkaian algoritma kunci. Untuk data deret waktu (time series) yang relatif stabil, metode seperti ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average) atau Exponential Smoothing lazim digunakan untuk menangkap elemen tren, musiman, dan residu (Wijaya, 2020). Namun, ketika tingkat kompleksitas dan variabel nonlinier meningkat, model berbasis machine learning menjadi pilihan utama. Regresi berperan mengukur keterkaitan linier antarvariabel, sementara algoritma yang lebih kuat seperti Random Forest atau Jaringan Saraf Tiruan (Artificial Neural Networks - ANN) memiliki kemampuan untuk memodelkan hubungan nonlinier yang rumit, seperti pengaruh simultan promosi, harga, dan periode liburan terhadap permintaan (Santoso, 2023).

Hasil nyata dari pemanfaatan algoritma ini adalah peningkatan signifikan pada akurasi prediksi. Metode PA memungkinkan pengukuran kesalahan prediksi yang lebih rendah, yang umumnya diukur menggunakan metrik seperti MAPE (Mean Absolute Percentage Error) dan RMSE (Root Mean Square Error). Peningkatan akurasi ini, meskipun hanya selisih kecil dalam persentase, berpotensi menghasilkan penghematan biaya inventaris dan logistik hingga jutaan Rupiah (Kurniawan, 2025).

B. Penerapan PA dalam Mengidentifikasi Tren Pasar

Pemanfaatan Predictive Analytics tidak hanya sebatas meramalkan angka, tetapi juga memberikan pemahaman mendalam tentang dinamika pasar fundamental.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun