Mengunjungi sedulur di kampung menjadi agenda khusus yang saya selipkan dalam itinerary perjalanan ke suatu daerah. Tentu saja daerah yang tidak jauh dari tanah kelahiran. Seperti saat saya melakukan perjalanan ke Surabaya.
Saya berusaha menyempatkan diri untuk berkunjung ke rumah sedulur-sedulur yang ada di Malang dan kediri. Dua kota yang tidak jauh dari Surabaya. Saya pikir mumpung di sini. Sekalian saja. Kalau sudah kembali ke Jakarta dan merencanakan perjalanan khusus ke sana biasanya lama lagi.Berhubung  sedulur yang saya kunjungi tinggalnya bukan di kotanya melainkan di desa. Maka saat perjalanan ke sana pemandangan yang dilalui masih berupa sawah dan kebun jagung. Cukup menarik bagi saya yang jarang melihat sawah dan kebun yang luas.
Menariknya lagi ketika tiba ditujuan. Rumah yang ditempati sedulur-sedulur masih model lama. Artinya mempertahankan keaslian zaman orang tua masih ada. Rata-rata mereka menempati rumah warisan. Rumah zaman mereka kecil sampai sekarang sudah pada punya anak.
Kalau tradisi di kampung rata-rata memberi suguhan pada tamu berupa teh manis atau kopi. Jarang menyediakan air mineral seperti yang biasa kita lihat di rumah-rumah orang sekarang pada umumnya. Saya sih senang-senang saja. Apalagi suguhannya disajikan dalam wadah klasik.
Saya perhatikan dengan seksama. Mamang hanya cangkir keramik motif bunga. Tapi hampir semua rumah sedulur-sedulur di kampung cangkir teh untuk suguhan modelnya begitu.
"Mba, cangkir tehnya klasik banget. Kesannya seperti ngeteh di rumah eyang, " Celetuk saya.
"Memang sedang ngeteh di rumah eyang toh," Sahut kakak sepupu saya.
"Maksudnya, ngeteh bareng eyang, " Kata saya sambil tertawa.
"Memang cangkir teh ini punya eyang. Tak hanya cangkir sih, hampir semua perabot dan peralatan dapur di sini masih menggunakan milik eyang. Wong masih bagus. Ngapain diganti? Iya, toh, " Ujar kakak sepupu.
"Iya, ya. Ngapain diganti wong masih bagus, " Sahut saya.
Rupanya orang zaman dulu memang senang menggunakan perabot berbahan dasar keramik, dengan motif bunga-bunga atau warna polos. Alasannya kuat dan klasik. Dan memang benar. Sampai sekarang perabot peninggi eyang masih kuat. Paling warnanya yang agak pudar. Justru menambah nilai keklasikan batang tersebut sih menurut saya.