Banyak alasan yang membuat seseorang jatuh suka. Entah jatuh suka dengan sesama atau terhadap barang atau juga terhadap suasana. Yang terkadang tak bisa diungkapkan alasan pastinya. Pokoknya jatuh suka saja.
Hal itulah yang saya rasakan beberapa waktu yang lalu. Saya jatuh suka dengan kopi saat berada di Bali. Selama ini saya dikenal penyuka teh. Segala jenis teh saya cicipi. Pokoknya begitu mendengar kata teh mata saya berbinar-binar.
Kalau ada kawan yang mengajak ngopi, saya langsung menyahut.Â
"Enggal ngopi. Sukanya teh. Gimana kalau ngeteh cantik saja?"
Ujungnya sih tetap ke coffe shop, tapi saya pesannya matcha latte atau green tea. Karena saya tidak terlalu suka kopi. Entah mengapa. Tidak suka saja. Tapi saya suka menghirup aroma kopi.Â
Namun ketika berada di Bali. Entah mengapa juga tiba-tiba saya jadi suka kopi. Jadi beberapa pekan yang lalu saya berkunjung ke Bali bersama kawan blogger. Di hotel tempat kami menginap tersedia teh dan kopi seperti biasanya.
Jika selama ini kopi yang disediakan oleh pihak hotel berupa kopi sachet. Tidak demikian di hotel tempat kami menginap saat di Bali. Kopinya berupa kopi bubuk yang disimpan dalam toples. Bertuliskan kopi Bali.
Saya memang niatnya ingin minum yang hangat-hangat jadi galau dong. Antara membuat teh atau kopi. Karena penasaran dengan suguhan kopi Bali. Minimal mencicipilah. Mumpung di Bali. Maka saya memilih kopi Bali.
Jadilah selama beberapa hari di Bali saya minumnya kopi. Di hotel, di rumah kawan dan juga di tempat wisata. Di tempat wisata, tepatnya di Jatiluwih. Makin terasa nikmatnya minum kopi dalam suasana dingin dan hamparan sawah yang indah.
Wah, ternyata Bali membuka saya jatuh suka dengan kopi. Walau bukan penikmat kopi sejati. Karena belum tahu rasa dan kenikmatan dari tiap kopi yang tersaji. Tapi tidak menolak kalau ada ajakan ngopi bareng. Tak akan saya tolak apalagi menjawab kalau saya tidak ngopi.
"Jadi kapan dan di mana nih kita ngopi-ngopi cantik?"
(EP)
