Mohon tunggu...
Erni Purwitosari
Erni Purwitosari Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Pesepeda dan pemotor yang gemar berkain serta berkebaya. Senang wisata alam, sejarah dan budaya serta penyuka kuliner yang khas.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Inilah Caraku Menyambut Hari Film Nasional 2022

29 Maret 2022   11:17 Diperbarui: 29 Maret 2022   11:23 311
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bersama teman-teman KOMiK (dokpri)

Menyambut Hari Film Nasional yang diperingati setiap tanggal 30 Maret, KOMiK Kompasiana berkolaborasi dengan Museum Penerangan TMII (Taman Mini Indonesia Indah) menyelenggarakan "Nobar dan Diskusi Film Nasional Pertama."

Adapun film tersebut adalah Darah dan Doa yang disutradarai oleh Usmar Ismail. Film ini melakukan syuting pertamanya pada 30 Maret 1950. Tanggal tersebut kemudian ditetapkan sebagai Hari Film Nasional.

Peristiwa yang sangat bersejarah dalam industri perfilman Indonesia. Saya beruntung sekali bisa menjadi bagian dari acara "Nobar dan Diskusi Film Nasional Pertama." Oleh karenanya jauh-jauh hari sudah mengosongkan jadwal demi mengikuti acara tersebut.

Jarak Tangerang-TMII yang lumayan jauh serta mendung yang menyelimuti langit tak menyurutkan langkah ini. Dengan semangat '45 saya pun segera melaju bersama Betty (motor matic) yang sudah pernah mengelilingi Kota Bandung dan Banyumas.

Jalanan terlihat lengang. Mungkin karena masih pagi. Saya berangkat dari rumah sebelum pukul tujuh. Kurang lebih 1,5 jam perjalanan akhirnya saya tiba di TMII. Cukup dengan mengatakan peserta acara di Museum Penerangan (Muspen), saya langsung dipersilakan masuk dan menuju lokasi acara.

Entah sudah berapa kali saya berkunjung ke TMII.  Namun tak pernah bosan dan selalu ingin berkunjung lagi. Maka ketika menuju lokasi acara sudah cukup hapal jalannya. Hanya saja saat ini kondisi TMII agak semerawut karena sedang ada perbaikan. Semoga cepat selesai pembangunannya. Tak sabar melihat wajah baru TMII.


Tiba di Museum Penerangan masih sangat sepi. Baru satu peserta yang datang. Kami berkenalan dan berbincang-bincang sambil menunggu peserta lain datang. Tak berapa lama satu per satu peserta lain berdatangan. Yang sudah kenal saling melepas rindu karena lama tak bertemu dalam satu event. Yang belum kenal saling berkenalan.

Seperti biasa, kalau sudah kumpul hal pertama yang dilakukan adalah foto bareng. Mengabadikan momen perjumpaan kembali. Maka begitulah, kami jeprat-jepret di lobi Museum Penerangan. 

Begitu panitia dari Muspen datang kami langsung absen dan menerima sebuah pouch berisi masker, hand soap dan hand sanitizer. Pernak-pernik yang tak terpisahkan semenjak pandemi.

Kemudian kami dipersilakan menunggu di dalam. Kesempatan tersebut kami pergunakan untuk melihat-lihat koleksi Museum Penerangan. Padahal nanti ada sesi keliling museum juga. 

Tetap saja sayang melewatkan waktu begitu saja. Saya pun tak bosan melihat-lihat koleksi di Museum Penerangan. Padahal sudah beberapa kali berkunjung ke sana.

Studio Mini Muspen (dokpri)
Studio Mini Muspen (dokpri)

Tak berapa lama kami dipersilakan untuk memasuki studio mini. Ruangan yang tidak terlalu besar tapi sangat menarik dan hommy. Dengan bantal warna-warni untuk duduk para pengunjung. Di sinilah acara  dilangsungkan. Mulai dari menonton film sampai diskusi.

Untuk filmnya akan saya ulas secara khusus. Namun secara keseluruhan, film Darah dan Doa sangat menarik. Penuh kejutan dan tak terduga. Jika tidak menonton film tersebut secara langsung, pasti akan berpikiran negatif.

"Apaan sih nonton film jadul. Film perjuangan pula. Paling gitu-gitu aja."

Suasana diskusi dengan perwakilan keluarga Usmar Ismail (dokpri)
Suasana diskusi dengan perwakilan keluarga Usmar Ismail (dokpri)

Padahal tidak demikian. Banyak pelajaran yang bisa dipetik dari film tersebut. Apalagi setelah mendengar secara langsung dari bapak Nureddin Ismail (anak) dan Badai Saelan (cucu)  Usmar Ismail tentang proses produksi film Darah dan Doa. Pantaslah jika tahun 2021 Usmar Ismail ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional.

Buku karya bersama teman-teman KOMiK (dokpri)
Buku karya bersama teman-teman KOMiK (dokpri)

Kehadiran anak dan cucu dari Usmar Ismail mewarnai sesi diskusi pada hari itu. Yang sebelumnya membahas tentang buku Sejarah dan Perjuangan Bangsa Indonesia Dalam Bingkai Sinema. Buku kumpulan artikel Kompasianer dalam beragam sudut pandang mengenai film sejarah.

Seru dan sarat edukasi acara di atas. Selain film yang ditonton, diskusi yang disajikan. Souvernir yang diberikan pun mengenalkan pada peserta tentang tokoh-tokoh pewayangan. Sungguh menunjukkan kearifan lokal sekali.

Suvenir bertema wayang (dokpri)
Suvenir bertema wayang (dokpri)

Tak terasa waktunya sudah habis. Rasanya cepat sekali. Ternyata sudah satu harian. Acara pun ditutup dengan foto bersama. Setelahnya kami berpisah dan kembali pulang dengan membawa kesan tersendiri.

Terima kasih KOMiK Kompasiana, Kompasiana, Museum Penerangan dan Usmar Ismail Cinema Society. Selamat Hari Film Nasional. (EP)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun