Usai berkeliling di Borobudur, kami kembali ke Kota Yogyakarta. Tepatnya di daerah Malioboro. Saya pikir mereka menginap di Yogyakarta. Ternyata tidak. Mereka akan kembali ke Bali dengan pesawat terakhir.
Maka sambil menunggu waktu yang tinggal beberapa jam lagi, kami manfaatkan kesempatan tersebut untuk mengajak mereka melihat keraton Yogyakarta dan keliling Malioboro. Tak lupa juga mengajak mereka untuk makan bakso dan nasi gudeg.
Mereka terlihat senang berkeliling di Malioboro. Namun demi mengejar waktu agar jangan sampai ketinggalan pesawat, saya segera mengajak mereka ke bandara.Â
Tiba di bandara kami masih ngobrol-ngobrol lagi. Kemudian bertukar alamat. Mereka mengucapkan terima kasih berkali-kali sambil membungkukkan badan. Persis seperti yang terlihat di televisi. Saya sampai segan. Mereka berkali-kali bilang thank you sambil membungkukkan badan.
Setelah itu kami berpelukan dan cipika cipiki tanda berpisah. Walau sebentar ternyata  kebersamaan kami sangat berkesan. Kami berjanji untuk saling memberi kabar lewat surat- menyurat. Benar saja. Setelah mereka kembali ke negaranya. Surat-suratnya rutin saya terima. Saya pun dengan penuh semangat membalas surat-surat mereka.
Sampai sekarang kami masih berhubungan. Mereka adalah guru-guru sekolah dasar di negaranya. Jadi pada dasarnya akhlak dan budi pekerti yang baiklah kunci dalam pergaulan. Di manapun dan dengan siapa pun. Apalagi sebagai WNA. Sebab baik buruk perilaku kita akan membawa nama negara. Maka berhati-hatilah. (EP)