Mohon tunggu...
Erni Purwitosari
Erni Purwitosari Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Pesepeda dan pemotor yang gemar berkain serta berkebaya. Senang wisata alam, sejarah dan budaya serta penyuka kuliner yang khas.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

"Anda Sopan Kami Segan, Anda Ngajak Ribut Ayo Gelut" Slogan Untuk WNA dan WNI

22 Januari 2021   12:32 Diperbarui: 22 Januari 2021   12:51 1003
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagi saya WNA atau WNI tak ada perbedaan dalam memperlakukannya. Seperti slogan yang kerap tertulis di kaca mobil angkutan umum.

"Anda sopan kami segan."

"Anda Ngajak Ribut, Ayo Gelut!"

Begitulah yang saya terapkan. Termasuk ketika beberapa tahun yang lalu mengajak adik dan seorang kawan jalan-jalan ke Borobudur.

Di terminal Jombor menuju Borobudur saya melihat dua turis Asia yang sedang kebingungan mencari bus. Orang yang ditanyai nampaknya tak paham dengan bahasa yang digunakan oleh kedua turis tersebut.

Sebagai WNI yang baik sudah selayaknya kami membantu. Apalagi dia WNA yang tak paham daerah sini. Akhirnya saya hampiri mereka. Dengan modal bahasa Inggris sekadarnya saya tanya tujuan mereka.

Ternyata tujuan kami sama. Sama-sama ingin ke Borobudur. Jadilah saya ajak barengan naik bus. Kami pun saling memperkenalkan diri. Rupanya mereka berasal dari Jepang. Sedang liburan ke Bali. Kemudian meluangkan satu hari untuk pergi ke Yogyakarta. 

Saya dan dua teman baru WNA Asia tersebut terlibat obrolan seru. Sebab masing-masing dari kami bahasa Inggrisnya pas-pasan. Jadi mereka bicara sambil diselingi bahasa Jepang. Sedangkan saya menggunakan bahasa Jawa begitu mentok kehabisan kosa kata.

"Iki opo sih bahasa Inggrise. Lali aku."

Adik saya tertawa saja melihat kelakuan kami. Sedangkan kawan saya yang bahasa Inggrisnya lumayan bagus menimpali sesekali. Dia lebih memilih diam. Kurang suka ngobrol.

Tak terasa kami telah tiba ditujuan. Begitu turun, kami terus bersama-sama keliling Borobudur. Mereka senang mendapat teman yang bisa diajak ngobrol. Kami juga senang bisa membantu WNA yang kebingungan. Setidaknya image masyarakat Indonesia yang ramah tamah bisa kami tunjukkan.

Usai berkeliling di Borobudur, kami kembali ke Kota Yogyakarta. Tepatnya di daerah Malioboro. Saya pikir mereka menginap di Yogyakarta. Ternyata tidak. Mereka akan kembali ke Bali dengan pesawat terakhir.

Maka sambil menunggu waktu yang tinggal beberapa jam lagi, kami manfaatkan kesempatan tersebut untuk mengajak mereka melihat keraton Yogyakarta dan keliling Malioboro. Tak lupa juga mengajak mereka untuk makan bakso dan nasi gudeg.

Mereka terlihat senang berkeliling di Malioboro. Namun demi mengejar waktu agar jangan sampai ketinggalan pesawat, saya segera mengajak mereka ke bandara. 

Tiba di bandara kami masih ngobrol-ngobrol lagi. Kemudian bertukar alamat. Mereka mengucapkan terima kasih berkali-kali sambil membungkukkan badan. Persis seperti yang terlihat di televisi. Saya sampai segan. Mereka berkali-kali bilang thank you sambil membungkukkan badan.

Setelah itu kami berpelukan dan cipika cipiki tanda berpisah. Walau sebentar ternyata  kebersamaan kami sangat berkesan. Kami berjanji untuk saling memberi kabar lewat surat- menyurat. Benar saja. Setelah mereka kembali ke negaranya. Surat-suratnya rutin saya terima. Saya pun dengan penuh semangat membalas surat-surat mereka.

Sampai sekarang kami masih berhubungan. Mereka adalah guru-guru sekolah dasar di negaranya. Jadi pada dasarnya akhlak dan budi pekerti yang baiklah kunci dalam pergaulan. Di manapun dan dengan siapa pun. Apalagi sebagai WNA. Sebab baik buruk perilaku kita akan membawa nama negara. Maka berhati-hatilah. (EP)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun