"Mba, malam tahun baru kumpul di rumah ya? Hujan enggak hujan harus datang."
Pesan singkat dari adik bungsu tersebut langsung membuat saya gamang. Sesungguhnya saya tidak ingin kemana-mana saat malam tahun baru. Meski itu hanya kumpul-kumpul keluarga. Apalagi dalam kondisi hujan. Karena saya masih diliputi perasaan trauma dengan kejadian malam tahun baru tahun 2020.
Tentu semua masih ingat apa yang terjadi pada malam tahun baru tersebut? Curah hujan yang tinggi dan terus-menerus mengakibatkan banjir nasional di tanggal 1 Januari 2020. Daerah kami yang bertahun-tahun tak pernah kebanjiran ternyata terkena juga. Rumah saya kebanjiran hingga setinggi dada.
Peristiwa tersebut mau tidak mau. Suka atau tidak suka menyisakan trauma di hati. Maka saat malam pergantian tahun 2021 saya putuskan untuk di rumah saja. Apalagi cuaca di hari menjelang pergantian tahun mendung yang dilanjutkan hujan rintik-rintik.
Meski sebentar kemudian hujannya reda. Namun kondisi tersebut sungguh menyuguhkan debar di dada. Was-was kalau sampai kejadian seperti tahun lalu. Apalagi cuacanya tetap mendung sepanjang hari.
"Mba, sudah siap-siap belum? Ini kita sudah pesan makanan kesukaan Mba?"
Duh, pesan singkat yang kembali masuk membuat saya tak enak hati. Akhirnya walau dengan berat hati saya segera bersiap-siap untuk menuju ke rumah adik bungsu.
Kumpul keluarga semacam ini memang sudah tradisi dalam keluarga kami. Terutama di malam-malam libur nasional. Karena saat itulah kami bisa bertemu dan kumpul bersama. Tak terkecuali pada malam pergantian tahun. Jadi bukan acara khusus untuk merayakan malam pergantian tahun.
Apalagi kami hanya empat bersaudara. Masa hanya berempat saja ditambah pasangan dan dan dua keponakan tak bisa kumpul dan bertemu sih? Jarak rumah kami pun hanya terpisah RT. Jadi masih terjangkau dan bukan alasan untuk tidak bisa kumpul keluarga.
Maka begitulah. Kumpul keluarga terutama di di malam libur nasional menjadi agenda tak tertulis dalam keluarga kami. Khusus malam pergantian tahun tuan rumah menyediakan makanan kesukaan kami. Ada yang ingin disediakan pizza, ada yang minta disiapkan es krim dan lain-lain.Â
Sesungguhnya keseruan keluarga pada umumnya. Kumpul dan makan bersama. Tak ada acara bakar ayam atau jagung. Simple dan tidak ribet. Berhubung saya pernah mengalami kejadian tidak mengenakan. Maka suasana hati ini menjadi berbeda dalam menyongsong acara tersebut.
Biasanya saya sudah sibuk membuat sesuatu untuk dibawa ke rumah yang dijadikan tempat berkumpul. Namun untuk kali ini tidak. Saya sudah mengatakan sebelumnya. Sudah menceritakan juga perasaan saya sesungguhnya.
"Insya Allah enggak banjir lagi Mba. Tuh, hujannya reda. Kalau dulu kan enggak berhenti sama sekali sampai pagi," hibur adik saya.
Memang benar sih. Curah hujannya tak seperti tahun lalu. Hujan, reda, hujan, reda. Begitu terus sepanjang malam pergantian tahun 2021.Â
Tapi tetap saja kalau mendengar kata hujan perasaan saya berdebar-debar. Mengutip judul puisi karya seorang kawan, "Hujan, kau selalu begitu." (EP)Â Â