Putu bambu. Tahu dong pastinya. Betul. Makanan tradisional berbahan dasar tepung beras dan gula Jawa. Dikukus menggunakan potongan bambu.
ÂBegitu khas dan sangat tradisional. Dimakan saat hangat terasa nikmat sekali. Ditaburi kelapa parut, rasanya gurih dan manis. Aroma daun pandan dari warna hijau kue putu sangat menggugah selera.Â
Biasanya sore hingga malam hari pedagang Putu bambu ini menjajakan dagangannya. Malam hari usai hujan, minum teh atau kopi panas ditemani kue putu bambu mantap sekali rasanya. Hal tersebut yang tiba-tiba terlintas dipikiran sehingga ingin makan kue putu bambu.
Apalagi sudah lama tidak kuliner tipis-tipis. Maksudnya berburu makanan di sekitar tempat tinggal. Sejak pandemi Covid-19, seringnya membuat makanan sendiri. Kalau pun ingin jajanan luar, paling pesan secara online. Tapi tidak semua makanan atau jajanan yang kita inginkan ada. Seperti kue putu bambu ini.
Maka ketika sudah ada kelonggaran untuk keluar rumah, berburu kue putu bambu menjadi salah satu hal yang dilakukan. Awalnya hanya duduk manis di rumah sambil menunggu pedagangnya lewat. Kita bisa tahu ada pedagang Putu bambu dari suara ngiiing yang cukup nyaring terdengar.Â
Namun cukup lama menanti tak terdengar bunyi ngiiing tersebut. Akhirnya dengan mengendarai sepeda motor, saya keliling komplek mencari tukang putu bambu. Terutama di tempat para pedagang itu biasa kumpul. Tapi hasilnya nihil. Pulanglah saya dengan tangan kosong.
Esok hari dan esoknya begitu lagi. Saya hunting kue putu bambu ke kampung-kampung sebelah. Tetap tidak menjumpai tukang putu bambu. Ya, sudah. Pasrahlah. Padahal semakin  hari semakin  kepingin  makan  kue  putu bambu. Kalah deh orang  ngidam.
Mungkin tukang putunya belum bisa kembali ke Jakarta. Jadi lupakan saja kue putu bambunya untuk sementara waktu.Â
Suatu sore saya bersepeda mengelilingi kompleks sampai ke kampung-kampung sebelah. Tiba-tiba saya mendengar suara ngiiing yang tiba-tiba berhenti.Â
"Wah, ada kue putu nih. Pasti sedang ada yang membeli. Karena suara ngiiingnya berhenti."
Benar saja. Beberapa meter ke depan saya melihat tukang putu bambunya. Tak ayal saya segera menghampiri dan memesan kue putu bambu tersebut. Sebagian saya bungkus untuk dibawa pulang. Sebagian saya makan di tempat mumpung masih hangat. Dasar tukang jajan ye?