Mohon tunggu...
Erni Purwitosari
Erni Purwitosari Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Pesepeda dan pemotor yang gemar berkain serta berkebaya. Senang wisata alam, sejarah dan budaya serta penyuka kuliner yang khas.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Komunikasi, Rahasia Harmonis di Ranjang

14 Juni 2020   19:41 Diperbarui: 14 Juni 2020   19:41 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Komunikasi. Kunci utama sebuah hubungan. Hubungan apa pun, diawali dengan komunikasi. Komunikasi yang baik akan membawa hubungan tersebut menjadi baik. Komunikasi yang buruk juga akan memberi pengaruh buruk bagi hubungan tersebut.

Tak terkecuali hubungan suami istri. Bukan berarti setelah menjadi suami istri, komunikasi tak diperlukan lagi. Atau berkomunikasinya hanya untuk hal-hal penting saja. Hal-hal lain yang mungkin sepele dianggapnya tahu sama tahu saja.

Oh, No. Meski sudah menjadi suami istri. Yang sudah tahu luar dalamnya. Bukan berarti kita bisa mengetahui keinginan pasangan tanpa dia berucap. Wow, hebat banget tuh orang kalau bisa seperti itu. Kalah deh paranormal.

It's oke untuk hal-hal kecil yang menjadi kebiasaan pasangan. Kita bisa tahu karena hal itu sudah menjadi kebiasaannya. Jadi bukan Karena mengetahui apa yang ada di hatinya. Jadi tetap harus ada komunikasi walau sudah menjadi suami istri.

Komunikasi, sesepele apa pun akan memberi efek. Coba kita kembalikan ingatan ke masa-masa PDKT dan pacaran. Yang namanya komunikasi enggak ada putusnya. Dari bangun tidur sampai mau tidur, ada saja yang dibahas. 

Rasanya berbunga-bunga kalau mendapat pesan atau ditelpon pacar. Meski hanya sekadar pertanyaan sepele. "Sudah makan belum say?" Atau "Hati-hati ya di jalan."

Hal-hal demikian yang kelihatannya sepele justru menjadi penghangat hubungan. Lalu kenapa setelah menjadi suami istri malah tak demikian lagi. Seharusnya tetap dipertahankan intensitas komunikasi antara pasangan tersebut. Agar hubungan tidak hambar. 

Tak terkecuali hubungan di ranjang. Walau ada yang mengatakan kalau di ranjang tuh sedikit bicara banyak bekerja. Tapi buat saya tetap harus ada komunikasi. Ada hal-hal yang perlu dibicarakan demi kepuasan bersama.

Contohnya saja urusan gaya bercinta. Pingin dong mencoba-coba gaya lain. Jangan yang begitu-begitu saja. Ini tuh kalau tidak dibicarakan atau dikomunikasikan dengan baik, bisa-bisa hanya kepuasan sepihak yang didapat. Biasanya pihak perempuan nih yang merugi. Mengalah. Sebenarnya tidak suka gaya tersebut tapi karena suaminya ingin, jadi terpaksa. Terpaksa demi taat suami.

No, no, no. Saya tidak sependapat dengan hal tersebut. Urusan ranjang menjadi urusan bersama. Sama-sama puas. Sama-sama lemas. Jangan situ yang puas, sini yang lemas. Harus sama-sama. Duh, galak amat sih bu. 

Enggak galak sih. Tapi harus begitu. Demi aku dan kamu. Cieee...ini tuh hal sepele yang enggak bisa dianggap sepele loh. Kalau saya sih lebih blak-blakan. Artinya ngomong aja apa adanya. Suka mencoba-coba hal-hal baru. Tertarik dengan sesuatu yang baru. Tapi ketika merasa tak nyaman ya ngomong aja terus terang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun