Mohon tunggu...
Muhammad Dendy
Muhammad Dendy Mohon Tunggu... Seniman - menulis adalah obat hati

"saya adalah orang yang selalu ingin belajar dan selalu ingin mengembangkan segala potensi yang ada dalam diri saya"

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

(Cerpen) Ketika Bapak Tak Lagi Bernafas

21 November 2017   22:57 Diperbarui: 21 November 2017   23:07 1310
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi : https://www.vebma.com

Pagi itu, bapak seperti biasa membangunkanku untuk segera bersiap-siap untuk berangkat kuliah. Akan tetapi, ada hal yang tak biasa. Bapak yang biasanya selalu marah ketika aku terlambat untuk bangun dan bersiap-siap untuk berangkat kuliah. Kali ini Bapak tidak marah seperti biasanya. Jam masuk kuliahku dikala itu adalah jam 8 pagi, dan aku baru saja bangun jam 7:20 pagi.

Sehingga sudah pasti aku akan terlambat, karena perjalanan kekampus saja sudah memakan waktu hampir satu jam. Aku lantas langsung bergegas kekamar mandi untuk segera mandi dan bersiap-siap. Tetapi dalam pikiranku, ada hal yang berkecamuk, kenapa bapak tidak marah seperti biasanya ya? karena biasanya bapak akan marah ketika aku terlambat untuk pergi kuliah. Bagi bapak pendidikan itu begitu penting, sehingga ia selalu berharap semua anaknya untuk berpendidikan tinggi hingga tingkat Universitas.

Pagi itu bapak sepertinya akan pergi bersama ibu dan adikku kerumah sakit menghantarkan ibuku yang kakinya keseleo karena terpeleset. Sehingga ibu membutuhkan pengobatan yang lebih serius di rumah sakit.

Adikku kebetulan hari itu tidak kuliah. Aku lantas segera bersiap-siap untuk pergi kuliah setelah seusai mandi. Lalu aku melihat bapak didepan pintu kamar mandi dengan berkata. "Ini Uang Jajan Kamu Hari Ini". Tak seperti biasa, bapak kali ini memberikan uang jajan kepadaku lebih banyak dari biasanya.

Setelah memberikan aku uang jajan, bapak lantas bergegas berlalu, beliau juga ingin bersiap-siap mau berangkat ke rumah sakit mengantarkan ibuku.

Hari itu bapak tampak sedikit aneh, aku melihat raut wajah bapak yang seakan mau berpisah denganku. Tetapi dikala itu, aku merasa mungkin itu adalah naluri rasa sayang bapak kepada anak kandungnya. Aku tak terlalu memikirkannya saat itu.

Setelah berpamitan kepada ibu dan bapak dipagi itu, aku langsung kedepan rumah menyalakan kendaraanku. Seakan bersiap untuk memacu kendaraanku secepat kilat, untuk mengejar keterlambatanku, karena aku memang sudah sangat terlambat. Jam kuliahku tepat pukul 8 pagi, akan tetapi aku baru akan berangkat pukul 7;40 pagi.

Bapak tiba-tiba mencegat mobilku dan berkata "Jangan ngebut-ngebut ya don bawa mobilnya, ga apa-apa terlambat yang penting kamu selamat"

Kalimat tersebut lantas seketika membuat aku kaget sejenak,bapak agak sedikit aneh kali ini. Dimana bapak biasanya adalah orang yang sangat cuek, dan akan marah ketika aku selalu terlambat untuk pergi kuliah.

Bapak memang menyayangiku, walaupun terkadang sangat cuek, tapi aku tau dibalik sikap cuek bapak, bapak sangat sayang padaku. Bapak dipagi itu terlihat berbeda ketika melepasku pergi kuliah. Sikap cuek bapak benar-benar hilang dipagi itu.

Lalu bapak membuka dompet dan kembali memberikan uang jajan yang begitu besar kepadaku. Bapak mengeluarkan uang, dari dompetnya lantas memberikannya padaku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun