Mohon tunggu...
Denata
Denata Mohon Tunggu... Wiraswasta - wiraswasta

perempuan cerdas tidak hanya harus berpendidikan namun juga mampu menggunakan logika dan rasionalitas dalam menyingkapi sebuah isu. Broaden knowledge and be critical

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dunia Pendidikan Indonesia Darurat Intoleransi

25 Januari 2021   19:33 Diperbarui: 25 Januari 2021   19:34 2216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Fakta bahwa Indonesia adalah negara multikultur, dimana rakyatnya didominasi oleh kemajemukan masih kurang dipahami. Hal ini ditandai dengan masih adanya sikap intoleran di beberapa daerah. Harus diingat, meskipun mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam, namun penganut agama Kristen, Katholik, Hindu, Budha, Konghucu dan agama lainya adalah bagian dari rakyat Indonesia.

Kasus intoleransi menjadi kasus yang terus berulang di Indonesia, tidak terkecuali bagi dunia pendidikan. Kasus bullying terhadap siswa-siswi minoritas, guru yang bersikap rasis terhadap siswa non muslim menjadi contoh kasus yang tumbuh di dunia pendidikan. Bahkan undang-undang yang mengatur kebebasan beragama setiap warga negaranya, tidak dapat menekan isu intoleransi yang terjadi di tengah masyarakat. Padahal toleransi dibutuhkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Intoleransi Mengancam Dunia Pendidikan

independensi.com
independensi.com
Sekolah seharusnya memfasilitasi seluruh rakyat Indonesia dalam mengenyam pendidikan tanpa membeda-bedakan suku dan agama. Sekolah seharusnya berbasis Pancasila bukan berbasis agama tertentu. Pengecualian jika sekolah tersebut adalah sekolah yang memiliki kekhasan agama seperti madrasah.

Apa yang terjadi di Indonesia belakangan ini menunjukkan sebaliknya. Potret dunia pendidikan telah tercoreng dengan adanya intoleransi yang terjadi di lingkungan sekolah. Viralnya seorang guru yang rasis, melarang siswanya memilih ketua OSIS yang non muslim, aturan salah satu sekolah negeri yang mewajibkan seluruh siswa termasuk non muslim untuk menggunakan seragam kekhasan agama tertentu. Hal ini tentu saja memprihatinkan dan mengecewakan banyak pihak.

Sekolah, baik itu negeri ataupun swasta sudah seharusnya mengajarkan pentingnya menghargai keberagaman. Guru sebagai tenaga pengajar yang dianggap profesional dan dipercaya oleh orang tua untuk mendidik anak-anaknya, seharusnya membebaskan siswa dari ketakutan dan intimidasi. Sekolah harus menjadi tempat yang aman, nyaman bagi siswa manapun, tanpa melihat latar belakang agama. Sekolah tidak boleh membuka peluang adanya pengucilan siswa minoritas dan dikotomi antara siswa muslim dan non muslim.

Faktanya, dunia pendidikan yang mendapat ancaman intoleransi bukan hanya terjadi di sekolah. Dari data lapangan ditemukan kasus pegawai di lingkup pendidikan mengalami intoleransi. Beberapa pegawai yang memiliki keahlian dan prestasi, kesulitan untuk melanjutkan karir ke tingkat yang lebih tinggi, karena mereka adalah  minoritas. Hal ini sangat disayangkan, ketika kemampuan dan profesionalitas seseorang dikalahkan oleh sikap intoleran.

Dari apa yang terjadi, baik siswa, guru dan pengawas pendidikan, intoleransi telah meracuni dunia pendidikan dari waktu ke waktu. Sikap intoleran sepertinya sudah menjadi budaya. Tingginya intoleransi yang terjadi di dunia pendidikan bisa saja dipengaruhi oleh pandangan tentang agama itu sendiri, demografi dan keterlibatan individu dalam sebuah organisasi tertentu. Disamping itu, media sosial juga memiliki peran besar dalam memberikan pengaruh intoleransi jika tidak disikapi dengan bijak.  

Efektifkah Peraturan Pemerintah untuk Menekan Intoleransi?

vectorstock.com
vectorstock.com
HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun