Mohon tunggu...
nanto
nanto Mohon Tunggu... -

travel writer - engineer - mountaineer- surabaya, indonesia

Selanjutnya

Tutup

Politik

BEM ITS Bahas Polemik Tol Laut

2 Mei 2015   11:16 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:27 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Polemik tol laut yang saat ini masih menjadi pertanyaan berbagai kalangan mendorong Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) ITS untuk mengadakan kajian, Senin (27/4). Kajian ini bertujuan untuk mengklarifikasi berbagai anggapan mengenai tol laut yang saat ini ‘berkembang baik’ di kalangan media maupun pemerintah.


Menurut Direktur Jenderal Kemaritiman BEM ITS, Satria Jaya Negara, saat ini perkembangan konsep tol laut yang diusung Jokowi masih abu-abu. Pasalnya, banyak pihak yang memiliki pandangan berbeda mengenai perkembangan tol laut ini. “Ada yang menyatakan tol laut saat ini mengalami perkembangan, tapi ada juga yang bilang tidak jalan sama sekali,” tegasnya kepada ITS Online.

Untuk itulah, menurut Satria, kajian ini sangat diperlukan demi meluruskan pandangan mahasiswa atas berbagai isu terkait tol laut ini. Ia juga mengungkapkan sebenarnya kajian ini merupakan kelanjutan dari kajian serupa yang pernah diadakan Himpunan Jurusan Teknik Sistem Perkapalan (Himasiskal) dan Himpunan Mahasiswa Jurusan Teknik Perkapalan (Himatekpal). “Jangan sampai tol laut ini hanya dimengerti oleh mahasiswa Fakultas Teknologi Kelautan (FTK) saja. Mahasiswa jurusan lain juga patut tahu,” terangnya.

Imran Ibnu Fajri, Presiden BEM ITS, mengungkapkan dalam kajian ini seharusnya tidak lagi dibahas mengenai penolakan maupun persetujuan atas konsep tol laut. Hal ini ia ungkapkan karena menurutnya saat ini konsep tol laut sudah berjalan. “Sekarang tinggal bagaimana kita mengawal kebijakan pemerintah agar sesuai dengan konsep tol laut yang direncanakan dari awal,” ujarnya kepada peserta.

Salah satu contoh kebijakan pemerintah yang patut dikaji menurut Fajri adalah mengenai pembelian kapal buatan Tiongkok sebanyak 1500 buah. Sebagai mahasiswa FTK, ia menilai sebenarnya kebijakan ini sangat merugikan industri galangan kapal di Indonesia. Hal ini karena kapal merupakan barang yang bisa dipakai hingga puluhan tahun. “Kalau kita mengimpor 1500, artinya kapal-kapal buatan Indonesia dipastikan tidak laku hingga puluhan tahun mendatang,” terang mahasiswa asal Jakarta ini.

Tak hanya Fajri, dalam kajian ini juga terdapat banyak usulan dari beberapa mahasiswa dalam pengembangan konsep tol laut ini. Misalnya saja masukan dari  Rahman Ernanto Putera, Ketua Departemen Kajian Strategis Himatekpal. Menurutnya, salah satu usaha yang bisa dilakukan pemerintah dalam mendukung konsep tol laut adalah dengan memperluas lahan khusus industri maritim.

Dikatakannya, saat ini PT PAL Indonesia masih memiliki lahan yang kurang memadai untuk melakukan produksi kapal dalam jumlah besar. Oleh karena itu, lanjutnya, Indonesia seharusnya belajar dari Korea Selatan yang telah berhasil memiliki lahan khusus industri kemaritiman. “Di lahan tersebut, seluruh industri kapal dikumpulkan sehingga mereka tidak perlu impor bahan-bahan pembuatan kapal lagi,” ujarnya.

Tak hanya Rahman, beberapa mahasiswa lain juga turut menyumbangkan aspirasi mereka dalam mendukung kebijakan pemerintah ini. Meski demikian, sempat terjadi perdebatan dalam kajian ini mengenai perbedaan konsep tol laut dan pendulum nusantara yang telah diinisasi sebelumnya oleh PT Pelabuhan Indonesia (PELINDO).

Karenanya, Sunanto, Menteri Energi dan Maritim BEM ITS sangat mengapresiasi antusias mahasiswa ITS dalam membahas isu ini. Ia menjelaskan hal ini mengindikasikan bahwa mahasiswa ITS masih peduli dengan isu-isu bangsa. “Dengan demikian, semua jurusan yang ada di ITS bisa turut memberikan rekomendasi kepada pemerintah terkait pembangunan kemaritiman ini,” ujarnya.

Meski demikian, mahasiswa yang akrab disapa Nanto ini menilai beberapa bahasan mengenai tol laut tidak bisa diselesaikan dalam satu kali kajian. Oleh karena itu, pihaknya berencana mengadakan kajian-kajian selanjutnya. “Kalau bisa kami juga ingin menghadirkan perwakilan dari instansi terkait seperti PT PAL,” pungkasnya. (pus/man)

sumber berita : https://www.its.ac.id/berita/14990/en

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun