Zaman modern sekarang ini, ibadah haji seolah sudah menjadi sebuah fenomena yang menjamur. Setiap orang terutama umat muslim di seluruh belahan dunia ini tentu mempunyai keinginan yang kuat untuk bisa menunaikan rukun Islam yang ke-lima tersebut. Namun, apakah selama ini mereka memaknai secara mendalam dan mengerti tentang hakekat dalam menunaikan ibadah haji? Atau hanya sekedar ikut-ikutan menunaikannya dan menunjukkan kepada orang lain bahwa ia telah pergi haji, atau agar ia bisa bangga dengan gelar haji yang disandangkan kepadanya.
Barangkali, inilah fenomena yang sering kita jumpai di negara kita Indonesia yang tercinta ini. Semoga kita semua selalu dalam lindungan Allah SWT dari segala sifat riya’ yang demikian, amin.
Namun, kisah tentang seorang ahli hadist terkemuka yang hidup di zaman kekhalifaan Rasulullah SAW ini bernama Abdullah bin al-Mubarak ra adalah salah satu pengecualian dari hal-hal di atas.
Abdullah bin Al-Mubarak adalah sosok saudagar yang kaya raya dan terkenal pemurah. Beliau juga seorang ahli ibadah yang berilmu tinggi, dan memiliki sifat-sifat yang mulia. Abdullah bin-Al Mubarak telah meniatkan harta yang diperolehnya untuk dipersembahkan kepada saudara-saudara yang seiman, melaksanakan haji, berjihad, dan untuk kemuliaan-kemuliaan lainnya.
Abdullah bin al-Mubarak hidup di Mekkah. Pada suatu waktu, setelah menyelesaikan ritual ibadah haji, dia tertidur dan bermimpi melihat dua malaikat yang turun dari langit.
“Berapa banyak yang datang tahun ini?” tanya malaikat kepada malaikat lainnya.
“600.000,” jawab malaikat lainnya.
“Berapa banyak mereka yang ibadah hajinya diterima?”
“Tidak satupun”
Percakapan ini membuat Abdullah gemetar. “Apa?”
Iapun menangis. “Semua orang-orang ini telah datang dari belahan bumi yang jauh, dengan kesulitan yang besar dan keletihan di sepanjang perjalanan, berkelana menyusuri padang pasir yang luas, dan semua usaha mereka menjadi sia-sia?”