Whattt?! Tidak parah, Pak?
Hmm... Seketika aku coba berkirim pesan pada adik perempuanku semata wayang. Ia membalasnya. Meski tak tinggal di lingkup Kota Pekanbaru, asap pekat Karhutla cukup signifikan dampaknya hingga ke tempat ia tinggal.Â
Kecemasanku hanya satu hal. Ia memiliki riwayat asma, asap akan dengan senang membuat dia kembali sakit. Dan ia benarkan, sesak nafasnya kembali kambuh terasa.
"Tapi tenang, tenang, asap ini, segala musibah ini datangnya dari Allah SWT" seolah-olah suara dari istana kepresidenan berbisik lembut di telingaku, agar aku tetap tenang atau stay cool.
Aku hanya tersenyum pelan. Belakangan rakyat di negara dunia ketiga ini sedang dalam kondisi yang dilema. Mereka terpecah belah, akan status quo pro dan kontra.
Apalagi urusan fanatisme buta dua kubu yang terus dibudayakan layaknya kearifan lokal yang harus dilestarikan. Tempo kena imbasnya, Bukalapak juga, bahkan kini hingga KPK.
"Sesak menyiksa, di rongga dada... Menjerat, menyekat nafas ini... Api yang kau ciptakan itu, Perlahan-Lahan MEMBUNUH!"
Gedoy kembali bernyanyi, di penghujung tulisan ini. Aku pun sadar, kotornya sepatu Jokowi selepas blusukan ke dalam hutan yang terbakar tak sebanding dengan ratusan orang yang terkena dampak ISPA karena jerebu hutan dan lahan yang konon katanya datang dari Tuhan.
Oh, Tuhan...
Maaf kami sibuk berkata, kala ada bencana ulah tangan manusia, kami katakan itu karena kemauanmu.
Tulisan ini juga dipublish di sini.