Mohon tunggu...
Delianur
Delianur Mohon Tunggu... Penulis - a Journey

a Journey

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Arab Saudi Vs Argentina 2-1: Bukan Perjudian tapi Kejelian

23 November 2022   11:29 Diperbarui: 23 November 2022   11:38 540
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Arab Saudi - Argentina ; 2-1. Bukan Perjudian Tapi Kejelian

Rabu dini hari 23 November waktu Indonesia memang waktu yang mengagetkan. Pangkalnya ketika buka hp, ada berita kalau Raja Salman penguasa Saudi Arabia, menyatakan bahwa seluruh rakyatnya libur. Diliburkan sebagai ungkapan kegembiraan kemenangan 2-1 timnas Saudi atas Argentina. Padahal baru pertandingan pertama.

Kalau membaca statistik pertandingan, memang terlihat betapa efektif nya permainan Saudi Arabia dan tidak efektifnya Argentina. Saudi berhasil memasukan 2 gol dari total 2 tembakan ke arah gawang alias berhasil 100%. Berbanding terbalik dengan Argentina yang membutuhkan 6 tembakan ke arah gawang untuk menghasilkan 1 gol. Itupun didapat melalui tendangan pinalti.

Begitu juga dengan kontrol permainan. Messi Cs menguasai hampir 70% peredaran bola dan sisanya dikuasai Saudi Arabia. Atau hampir 600 operan Argentina berbanding 266 operan bola pemain Saudi Arabia.

Hal menarik adalah bila membaca statistik yang dikeluarkan FIFA perihal kedisiplinan kedua tim. Menurut FIFA, wasit mesti mengeluarkan 6 kartu kuning bagi pemain Saudi dan tidak ada satu kartu kuning pun bagi Argentina. Ketimpangan angka yang sama juga terlihat dalam perihal pelanggaran. Pemain Saudi telah melakukan 21 pelanggaran sementara pemain Argentina hanya sepertiga nya saja atau 7 pelanggaran.

Hal yang lebih menarik lagi dari bagian disiplin ini adalah angka pelanggaran offside. Berbeda dengan tiga variabel sebelumnya, angka pelanggaran offside Argentina justru jauh lebih tinggi dibanding Arab Saudi. Pemain Argentina 10 kali melakukan offside sementara pemain Saudi Arabia hanya sekali melakukan offside. 10 berbanding 1.


Namun banyak yang menilai justru inilah yang menjadi kunci kemenangan Saudi atas Argentina. Pemain belakang Saudi sangat rapih dan disiplin menjaga barisannya. Sehingga pemain Argentina berkali-kali terjebak perangkap offside. Bahkan 3 gol yang berhasil dicetak pemain Argentina, dianulir wasit karena terbukti offside. Bukan karena pelanggaran pemain Argentina. Tidak salah bila ada seloroh yang mengatakan bila ini karena pemain Saudi konsisten meluruskan shaff dan barisan sebagai bagian dari keutamaan shalat.

Namun bila dilihat kembali ke pertandingan, tingginya pelanggaran offside pemain Argentina karena berawal dari strategi bertahan yang diterapkan pelatih Saudi. Melawan Argentina yang lebih superior, Pelatih Saudi, Herve Renard, memasang garis pertahanan tinggi. Pemain di baris belakang, disuruh berdiri lebih maju ke depan. Hampir rapat dengan pemain tengah. Akibatnya, data lain menyebutkan kalau bola lebjh banyak bergerak di lapangan tengah, sekitar 46%. Sisa lainnya, terbagi dua di areal pertahanan Saudi dan Argentina.

Permainan garis pertahanan tinggi, berkebalikan dengan permainan garis pertahanan rendah. Dalam permainan dengan garis pertahanan rendah, pemain belakang lebih mundur ke belakang. Berdiri lebih dekat ke penjaga gawang ketimbang pemain tengah. Mereka menjaga kerapatan untuk menyulitkan pergerakan penyerangan lawan. Saudi Arabia sendiri baru menerapkan garis pertahanan rendah untuk mempertahankan keunggulan 2-1.

Garis pertahanan tinggi yang diterapkan Saudi Arabia, bertentangan dengan keumuman yang diterapkan tim-tim inferior ketika berhadapan dengan tim yang lebih superior. Jose Mourinho misalnya. Ketika Inter Milan yang diasuhnya mesti menghadapi Barcelona di semifinal Champions 2020. Mourinho menumpuk banyak pemain di garis belakang pertahanannya. Mourinho yang dikenal sebagai pelatih pragmatis, waktu itu Mourinho dituding sudah mengembangkan negative football dengan strategi parkir bus alias bertahan total.

Hal itu dilakukan Mourinho karena waktu itu Barcelona yang masih diperkuat Messi,  lebih superior dibanding Inter Milan. Perlu ada anti tesa terhadap Sepakbola menyerang yang dikembangkan Pep Guardiola dan solusinya adalah parkir bus di barisan belakang. Tumpuk sebanyak mungkin pemain di garis belakang. Hasilnya sudah kita ketahui bersama, Barcelona yang sedang berjaya, takluk oleh Inter Milan. Barcelona yang lebih diunggulkan, terjungkal oleh strategi parkir bus Mourinho.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun