Mohon tunggu...
Delianur
Delianur Mohon Tunggu... Penulis - a Journey

a Journey

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Jacinda Ardern, Komunikasi Politik dan Intelektual Indonesia

22 Maret 2019   10:32 Diperbarui: 22 Maret 2019   20:43 653
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beberapa saat setelah terjadi penembakan teroris di Masjid kota Chrischurch, Jacinda Ardern Perdana Mentri Selandia Baru mengeluarkan statemen bahwa pelaku dari kelompok White Supremacy adalah teroris. Sebuah statemen yang sangat dirindukan banyak komunitas muslim yang selama merasa terpojokan karena distigma sebagai teroris.

Setelah itu, seperti kita ketahui langkah Jacinda tidak hanya diapresiasi dunia luar tetapi juga kalangan muslim tanah air. Menolak tawaran bantuan Donald Trump, mengunjungi keluarga korban sambil memakai kerudung, memeluk keluarga korban untuk menunjukan empati dan kepedulian, mengawali rapat parlemen dengan pembacaan ayat Al-Quran, mengucapkan Assalamu'alaikum di parlemen, akan memperdengarkan adzan Jumat di televisi, menjadi langkah-langkah yang sangat diapresiasi kalangan muslim Indonesia. Tidak salah bila banyak yang menyebutkan Jacinda sebagai salah satu idolanya.

Namun informasi diatas sebetulnya baru sebagian gambaran diri seorang Jacinda. Saya tidak tahu apa yang akan ada di benak kalangan muslim Indonesia khususnya dan orang Indonesia umumnya, bila mendapat informasi tentang Jacinda lebih utuh atau mendapat informasi lain yang tidak sesuai dengan ekspektasi nya terlebih dahulu. Karena dalam banyak hal, bagi orang Indonesia yang dikenal kental memegang nilai keluarga dan agama, Jacinda justru figur kontrolversial.

Dibesarkan dalam tradisi Gereja Kristus Orang-Orang Suci Zaman Akhir, The Church of Jesus Christ of Latter-day Saints, Jacinda keluar dari Gereja karena merasakan adanya konflik pandangan. Jacinda adalah orang yang mendukung hak-hak dan kebebasan kelompok homo seksual. Jacinda disebutkan sebagai Agnostik, orang yang berpandangan bahwa ada tidak adanya Tuhan tidak dapat diketahui, meskipun belum jelas apakah Jacinda itu Teis Agnostik atau Atheis Agnostik. Clark Gayford, Presenter Televisi di New Zealand, yang dianggap sebagai ayah biologis dari anaknya, disebut sebagai pasangan serumah bukan suami.

Nah saya tidak tahu bagaimana pandangan orang Indonesia umumnya atau muslim Indonesia khususnya bila informasi kedua tentang Jacinda itu yang sampai terlebih dahulu.

Namun diluar kedua hal diatas, bagi saya hal menarik lain dari Jacinda adalah karir politiknya. Lulusan Komunikasi Politik dari Universitas Waikato New Zealand ini sepertinya memang lihai dalam komunikasi politik.

Ketika menjadi bagian dari pemimpin Partai Buruh pada umur 37 tahun, Ardern adalah pemimpin termuda dalam sejarah Partai Buruh. Ketika dia mengambil alih kepemimpinan Partai Buruh, partai yang sempat melempem ini elektabilitas nya naik secara dramatis. Bukan hanya media lokal, media internasional seperti CNN mempunyai sentimen sangat positif terhadap Jacinda. Para menyebutkan adanya "Jacindaeffect" atau "Jacindamania" yang mengakibatkan Partai Buruh menguat. Sampai pada akhirnya Jacinda menjadi Perdana Mentri New Zealand pada umur 38 tahun yang menjadikannya sebagai salah satu pemimpin negara termuda perempuan di dunia  

Dalam beberapa kali press confrence yang saya ikuti di televisi, terlihat bila komunikasi politik Jacinda dan pemerintahannya tertata dengan sangat baik.

Beberapa saat setelah kejadian, Jacinda mengeluarkan keterangan yang clear dan menunjukan pandangan dasar dan umum pemerintah New Zealand terhadap peristiwa ini. Meskipun terlihat sangat straight dan dingin, tetapi bukan berarti pemerintah New Zealand tidak empati. Sikap empati ditunjukan ketika Jacinda mendatangi keluarga korban. Jadi di forum formal, semuanya disampaikan dengan sangat jelas dan dingin, tidak ada bahasa mengiba-iba mengais empati publik. Sikap empati ditunjukan dalam forum-forum informal seperti pertemuan dengan keluarga korban atau dengan warga.

Begitu juga dengan jajaran pemerintahan di bawahnya. Dalam sebuah forum pertemuan antara warga dan polisi, seorang polisi terlihat terbata-bata dan menyucurkan air mata menyampaikan belasungkawa dan duka cita atas kejadian menyedihkan di Chrischurch.

Namun dalam kesempatan lain, ketika National Crisis Managemen pemerintah New Zealand memberikan keterangan pers tentang langkah apa saja yang akan mereka lakukan untuk menangani peristiwa ini. Press Confrence yang dilaksanakan National Crisis Management bukan hanya menghadirkan ketua asosiasi muslim New Zealand dan keluarga korban, tetapi juga mentri-mentri yang bersangkutan seperti Mentri Kesehatan dan Mentri Pendidikan. Mentri tersebut yang langsung menjelaskan apa saja yang sudah dan akan dilakukan setelah teror Jumat yang lalu dengan runtut, detail dan dingin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun