Mohon tunggu...
Delianur
Delianur Mohon Tunggu... Penulis - a Journey

a Journey

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kayu Aro, Teh Kelas Dunia dari Sumatera

6 Januari 2019   14:37 Diperbarui: 6 Januari 2019   15:04 285
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(travel.kompas.com)

Pada masa Perang Dunia disebutkan ada kompetisi inovasi menemukan senjata. Bila Jerman mempunyai Hydra, maka sekutu mempunyai SSR, Scientific Strategic Research. Singkat cerita SSR berhasil menemukan serum yang akan meningkatkan kemampuan manusia berlipat-lipat.

Berbeda dengan Hydra, serum made in SSR ini juga bisa melipatgandakan karakter manusia. Bila dia orang baik, maka dia akan bertambah baik. Begitu sebaliknya. Steve Rogers orang Amerika pun dipilih sebagai kelinci percobaan karena dia orang baik. Percobaan sukses. Jadilah Rogers disulap menjadi prajurit super bernama Captain America. 

Sebagaimana terbaca dari dua kata terakhir, paragrap diatas hanyalah fiksi. Diatas adalah cerita dari film berjudul Captain America; The First Avenger. Adaptasi dari tokoh superhero yang ada dalam komik Marvel. Selain Steve Rogers di film ini juga terdapat figur Howard Stark, ilmuwan jenius SSR, dan Peggy Carter,  inteligent Inggris pemecah kode rahasia.

Dari nama Stark, orang pasti akan memaklumi bahwa inilah leluhur Tony Stark. Ilmuwan kaya penemu robot Iron Man yang oleh Marvel dibuat lagi film khusus berjudul Iron Man. Sementara Peggy Carter, selanjutnya ada film serial tersendiri dari ABC Studios berjudul Agent Carter.

Namun saya tidak akan membicarakan film-film Marvel. Saya hanya tertarik pada figur Carter dan temannya Jarvis yang Inggris dan beraksen Inggris dalam serial Agent Carter. Beberapa kali film ini tidak hanya menayangkan Teh sebagai minuman yang ditawarkan Jarvis, tetapi juga keseharian keluarga Jarvis yang rukun dan bahagia.

Bila dikaitkan lebih jauh, Teh sepertinya sering muncul dalam film berlatar Inggris. Film James Bond misalnya. Martini yang dikocok adalah minuman kesukaan kesukaan Bond. Namun Teh adalah minuman orang Inggris. Kalau tidak salah, film Notting Hill juga begitu.

Teh sepertinya memang sudah menjadi minuman keseharian orang Inggris. Melalui istilah Afternoon Tea, Tea Time atau English Breakfast Tea kita bisa melihat keterkaitan kuat orang Inggris dan Teh.

Teh sendiri adalah minuman para para bangsawan Eropa. Termasuk diantaranya Inggris. Bila Ratu Wilhelmina, Juliana atau Beatrix dari Belanda meminum Teh menjelang makan siang, maka Ratu dan Raja Inggris meminum Teh di sore hari.

Sore hari dianggap waktu tepat meminum Teh. Karena jarak antara waktu makan siang ke makan malam relatif lebih panjang dibanding jarak waktu sarapan pagi ke makan siang, dibutuhkan makanan penganjal perut sebelum masuk waktu makan malam. Teh dengan berbagai cemilannya, adalah solusi.  

Mungkin juga karena sore adalah waktu melepas penat setelah seharian lelah bekerja. Karena Teh sendiri konon ditemukan sebagai minuman untuk mengembalikan kebugaran setelah lelah bekerja. Ceritanya seorang Raja China sedang dalam perjalanan jauh. Di sebuah hutan, dia beristirahat sambil merebus air. Tidak sengaja ada daun yang berjatuhan ke air yang dia rebus. Setelah dia minum, air rebusan tersebut ternyata memulihkan kesegaran si Raja.

Mungkin ini juga yang menjadi pembeda antara Teh dan Kopi. Kopi adalah minuman yang memberi efek kuat. Awalnya diminum diminum para sufi supaya mereka bisa kuat ketika akan berdzikir dan berdoa semalaman. Karenanya kalau Teh diminum diakhir, maka Kopi diminum diawal. Bila Teh memberi efek kesegaran seusai bekerja, maka Kopi memberikan efek kekuatan ketika akan bekerja.

Lalu darimanakah para bangsawan Eropa yang sangat suka Teh itu mendapatkan Teh yang berkualitas?Ini pertanyaan senada tentang darimana orang Eropa yang sangat menggandrungi rempah-rempah sementara di benuanya tidak tumbuh rempah-rempah.

Kalau rempah-rempah itu mereka dapatkan dari tanah jajahan, maka seperti itu juga Teh. Mereka dapatkan dari tanah jajahan, bukan dari tanah sendiri. Karenanya kalau selama ini rempah-rempah selalu disebut sebagai magnet bagi orang Eropa datang ke nusantara, maka Teh juga mesti disebut sebagai salah satu daya tarik para kolonial Eropa datang ke Indonesia.

Setidaknya ini bisa dilihat dari apa yang dilakukan oleh Belanda dan Inggris di tanah jajahannya masing-masing.

Tahun 1925, di Desa bernama Kayu Aro yang sekarang berada di wilayah administratif Kabupaten Kerinci-Jambi, Belanda menyulap daerah ini menjadi perkebunan Teh dengan memperkerjakan kuli kontrak asal Jawa. Terletak di ketinggian 1.400-1600 meter diatas permukaan laut (mdpl) dengan luas 3.020 hektare, Kayu Aro tidak hanya  menjadi perkebunan Teh tertua di Indonesia, tetapi juga yang terluas dan tertinggi di dunia.

Tertinggi pertama adalah perkebunan Teh Darjeeling di Himalaya India yang berada di 4.000 mdpl. Dengan perbedaan ketinggian ini, Kayu Aro tentu saja menjadi Kebun Teh yang hijau sepanjang tahun sementara Darjeeling sering tertutup salju. Bila Kayu Aro dikuasai Belanda, maka Darjeeling di India dikuasai Inggris. Keduanya tetap mengirimkan daun teh terbaiknya ke Eropa.

Teh Kayu Aro inilah yang dari dulu sampai sekarang menjadi bahan Teh Premium di dunia. Setiap tahun, Perkebunan Teh Kayu Aro yang dikelola PTPN 6 bisa mengahasilkan rata-rata 5.500 ton Teh Hitam. Teh ortodox grade satu ini, teh unggulan, di ekspor ke Eropa, Rusia, Timur Tengah, Amerika, Asia Tengah, Pakistan juga Asia Tenggara.

Ty Phoo Tea sebagai salah satu merek premium Teh di Inggris yang didirikan awal tahun 1900, juga memakai pucuk Teh dari Kayu Aro untuk produk unggulan mereka. Kalau kita buka website Ty Phoo Tea, disana disebutkan bahwa Teh yang mereka produksi didatangkan dari perkebunan Teh terbaik di dunia diantaranya datang dari Indonesia.

Saya sendiri beberapa hari kemarin mendapat kiriman bubuk Teh Kayu Aro. Pastinya Teh yang sedang saya nikmati sekarang ini bukanlah kualitas premium atau Grade 1 nya. Tebakan saya ini antara grade 4-5. Karena Grade satu yang berasal dari pucuk teh, sudah di ekspor.

Saya sendiri membeli bubuk Teh Kayu Aro ini melalui situs jual beli online. Harganya Rp 19.000 beratnya 250 gram. Sementara kalau saya cek harga Ty Phoo Tea yang berbahan daun Teh Kayu Aro, harganya sekitar Rp 250.000 untuk 10 tea bags diluar ongkos kirim. Terbayang kan perbedaannya.

Saya sendiri pastinya lebih memilih yang Rp 19.000/250 gram kiriman PTPN 6, bukan dari Ty Phoo Tea yang harganya ratusan tapi beratnya ringan. Masalah utamaya, pasti penghematan, apalagi kan hehehe. Tapi selain masalah penghematan, ada juga hal lain, yaitu kebiasaan menikmati hidup.

Konon menurut beberapa orang pinter, orang bahagia itu adalah orang yang bisa tersenyum gembira dengan hal-hal yang sangat sepele dan sederhana. Orang bahagia itu bukan orang yang tersenyum melihat uang milyaran, tetapi juga bisa tertawa gembira melihat lembaran uang seribuan.

Karenanya, berbahagialah bagi orang tua yang bisa melihat anaknya tersenyum bahagia karena main di sawah atau kebun belakang rumah. Tidak perlu repot-repot memunculkan kebahagiaan bagi anaknya dengan mesti membawanya ke taman bermain dunia seperti Disney dan lain sebagainya.

Karena itu juga diantara hal yang paling saya syukuri dalam hidup bukan karena pernah merasakan Kereta tercepat se-Asia Tenggara. Namun dalam perjalanan menaiki Kereta itu, saya tetap bisa berjalan kaki, naik ojek, naik mini bus penuh sesak tanpa ac, naik bus bandara full ac, naik pesawat kelas satu dengan tetap ceria. Bukan semata takut tidak bisa membeli Ty Phoo Tea yang mahal, tapi takut setelah minum teh itu lalu tidak bisa merasakan nikmatnya Teh Grade 4.

Tetapi saya mengajak meminum Teh Kayu Aro bukan semata karena dia salah satu Teh terbaik dunia, namun karena Teh itu menyegarkan dan menyehatkan. Lebih menyegarkan meminum Teh daripada membaca berita tentang KPU, Capres apalagi memperhatikan update status politik di medsos yang terlihat seperti jenius tak terkira. Padahal sumbernya hanya berita online, meme dan situs propaganda. Tidak lebih

Selamat minum Teh...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun