Mohon tunggu...
Delianur
Delianur Mohon Tunggu... Penulis - a Journey

a Journey

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

"Bad Genius" Film Pendidikan dari Thailand Sarat Pesan

13 Juni 2018   11:20 Diperbarui: 13 Juni 2018   11:34 1348
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Film. Sumber ilustrasi: PEXELS/Martin Lopez

Senada dengan koreksi oleh 3 Idiots, Robbie William melakukan hal yang mirip dalam "Dead Poet Society", tetapi dengan fokus mengungkap pentingnya "Puisi" sebagai media pendidikan yang sangat penting bagi perkembangan setiap murid. 

Di tengah pendewaan terhadap science atau ilmu-ilmu pasti yang dianggap menjadi variable penting tercapainya masa depan cerah, film ini mengingatkan tentang seni sebagai sesuatu yang dibutuhkan manusia. 

Science hanya mengajarkan pengetahuan tekhnis manusia yang akan berguna ketika memasuki dunia kerja, tetapi Puisi membangun semangat, harapan dan antusiasme yang sangat dibutuhkan oleh setiap orang dimanapun dia berada. Tidak terbatas hanya di dunia kerja.

Mungkin karena film ini datang dari negara maju yang relatif sudah mapan dalam hal pelaksanaan pendidikan, maka problem pendidikan yang diungkap pun lebih spesifik pada mata pelajaran dan cara menyampaikan.

Tetapi "Bad Genius" mencoba mengurai sisi lain dari dunia pendidikan yang selama ini ada tapi kita lupa melihatannya sebagai sebuah problem serius. Secara  singkat, "Bad Genius" menceritakan tentang siswa yang cerdas yang mengkapitalisasi kecerdasannya demi mendapat keuntungan material. Ada banyak hal menarik yang diungkap dalam film ini. Seperti tentang kecerdasan, efek komersialisasi institusi pendidikan juga mungkin perjalanan hidup manusia ketika dihadapkan dengan kekeliruan dan kesalahan.

"Bad Genius" memang menggambarkan tentang cara seorang murid yang pintar yang memberikan contekan kepada teman-temannya yang kaya raya demi imbalan uang. Sekilas terlihat bahwa murid ini sudah bersalah karena sudah melakukan kekeliruan.

Tetapi dialog-dialog berikutnya seperti mengurai kenapa kemudian kecurangan seperti ini muncul. Bila si murid salah karena sudah mengkapitalisasi kecerdasannya, lalu kenapa sekolah tidak dianggap salah karena dia sudah mengkapitalisasi lembaga pendidikan dengan pungutan-pungutan liarnya terhadap orang tua?Apa bedanya kapitalisasi yang dilakukan si murid dengan kapitalisasi yang dilakukan sekolah?

Para murid memang salah dengan melakukan kecurangan dalam mengikuti ujian. Mereka bekerjasama mengumpulkan uang untuk membayar Lynn dan Bank, dua murid jenius, supaya membantu mereka lolos mengikuti ujian dan bisa masuk perguruan tinggi elite. Tetapi bagaimana dengan posisi orang tua mereka?Orang tua yang selalu mengkaitkan pendidikan anak-anak mereka dengan uang dan lembaga pendidikan yang elite. 

Toh pada faktanya seorang Lynn pun meski dia memanfaatkan kecerdasannya demi uang, dia tetaplah pribadi yang mempunyai karakther. Ketika dia mendapat uang itu, yang dia pikirkan justru Bapak nya yang menjadi single parent yang kesulitan secara ekonomis. Secara simbolik hal itu ditunjukan pada upaya Lynn memberikan Bapaknya kemeja yang sangat dia sukai. Sementara ketika teman-temannya orang kaya yang membayar Lynn untuk membantu mereka, justru berlaku seperti itu karena ambisi orang tua mereka.

Tidak seperti film "Freedom Writers"  atau "3 Idiots" yang mengkritisi cara belajar yang baik supaya pintar, maka "Bad Genius" mengungkap sisi lain dari cara memakai kepintaran yang sudah dimiliki. Kepintaran ibarat pedang bermata dua. Bisa menjadi sesuatu yang bisa digunakan hal yang konstruktif, bisa juga menjadi sesuatu yang destruktif.

Mungkin diantara hal yang menggugah dari film ini adalah cara kita menghadapi kesalahan di masa lalu dan merangkai masa depan dengan kesalahan yang dilakukan di masa lalu. Pengingatan penting ini muncul secara dramatis dan mengharukan pada diri Lynn dan Bank.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun