Mohon tunggu...
Dela Tiara Putri
Dela Tiara Putri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hi, thank you for checking my profile. My name is Dela Tiara Putri, a science education student based in Ponorogo, Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Ramadan

Bedanya Nafsu dengan Setan

14 Maret 2024   16:35 Diperbarui: 14 Maret 2024   16:42 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tebar Hikmah Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Puasa dimaknai sebagai panas terik yang membakar atau dibakarnya seluruh dosa-dosa. Sejatinya, Allah menghendaki kemudahan, yaitu diberi kesulitan terus-menerus sampai terbiasa. Puasa mendidik agar mencapai taqwa dalam arti terhindar dari bencana. Harapannya setelah selesai puasa, agar pandai bersyukur. 

Di dalam puasa ramadan, kita dibiasakan memiliki sedikit kebutuhan. Orang itu bahagia kalau sedikit kebutuhannya. Puasa mengajak kita untuk meneladani Allah, di mana Allah tidak punya kebutuhan. Nah, kita diajarkan untuk sesedikit mungkin memiliki kebutuhan, tidak tamak, dan mengurangi kebutuhan terhadap manusia. 

Kita sebagai manusia sepatutnya sadar dan menanyakan dalam hati bahwa kita itu butuh Tuhan. Makanya di bulan puasa ini kita dianjurkan untuk memperbanyak berdoa. Di dalam Q.S. al-Furqan: 77 dijelaskan, "Tuhanku tidak memerdulikan kamu kalau kamu tidak berdoa". Tuhan sangat senang kalau hambanya berdoa. Bahkan, terkadang Allah menjatuhkan bencana (ujian) supaya Dia mendengar dari hambanya "Ya Rabb".

Dalam hidup ada dua lawan, yakni nafsu dan setan. Nafsu berasal dari dalam manusia, sedangkan setan berasal dari luar. Nah yang paling berbahaya ketika keduanya berkolaborasi. Nafsu tidak boleh dibunuh maupun disingkirkan, melainkan dikendalikan. Puasa mendidiknya. Kalau sudah terkendali, akan lahir nafsu yang dinamai nafsu lawwamah, yaitu nafsu yang mengecam kalau melakukan sesuatu yang tidak baik. 

Pertama, menjadikan nafsu itu mengecam, "kenapa ya saya begitu", "waduh kenapa ya saya maki dia". Ada kecaman di dalam hati. Hal ini meningkat dan meningkat sampai nafsu yang tenang (nafsul muthmainnah). Bentuk godaan nafsu bermacam-macam, seperti pasangan, anak. Ketika menggunakan nafsu cinta kita terhadap pasangan atau anak kita bisa terjerumus kepada kesalahan. Kita perlu mencintai pasangan maupun anak, tetapi jangan melampaui batas. Tolak ukurnya adalah nilai Agama. Jangan melewati batas memanjakan anak, sehingga menjadikan anak tidak belajar. 

Jiwa manusia itu senang kalau bisa menang melawan keinginannya. Jika bisa mengalahkan nafsu dan tunduk pada keinginan Agama, maka akan bahagia sendiri. 

Nafsu menuntut sesuatu dan apa yang dituntutnya tidak mau diganti dengan yang lain walaupun yang lain lebih bagus. Berbeda dengan setan, setan itu "yang penting rugi kalau tidak rugi ya tidak untung". Misalnya, ketika mau sholat tarawih, setan datang dan membisiki "tidak usah sholat tarawih". Jika diperturutkan tidak dapat untung, tapi belum rugi. 

Setan sudah puas kalau tidak dapat untung, walaupun dia meningkatkan supaya rugi sampai kerugian yang besar. Itulah sebabnya setan memiliki langkah-langkah, maju dan mundur. Setan punya kelemahan, di mana ada dua tempat yang tidak dapat ditembus setan, yakni atas dan bawah. Makanya, jika selalu mengaitkan dengan yang di atas, setan tidak bisa mengganggu. Atau kalau kita menyadari kelemahan diri kita di hadapan Tuhan, setan tidak mungkin mengganggu. Setan itu dilukiskan sebagai virus yang berbahaya, bisa menular, bisa masuk, dan bisa merusak.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun