Mohon tunggu...
Sari Novita
Sari Novita Mohon Tunggu... Penulis - Imajinasi dan Logika

Akun Kompasiana Pertama yg saya lupa password-nya dan Terverifikasi : http://www.kompasiana.com/sn web: www.sarinovita.com

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Mungkinkah Dunia Tanpa Sawit?

1 Maret 2021   13:19 Diperbarui: 1 Maret 2021   13:50 826
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pengunaan Lahan & Produktivitas Sawit - Foto: Materi Webinar

Kita bisa melihat tingkat produktivitas sawit dari hasil riset tersebut. Derek Byerlee, peneliti pertanian, memprediksi permintaan minyak nabati dunia pada tahun 2050 akan mencapai 310 juta ton (Byerlee et al., 2017). 

Komoditi yang mampu memenuhi permintaan tersebut adalah sawit sebab hanya butuh 0,26 hektar untuk memproduksi 1 ton minyak sawit, berbeda dengan rapeseed yang membutuhkan lahan seluas 1,25 hektar untuk produksi 1 ton minyak, dan akan membutuhkan 700 juta hektar apabila alokasi penggunaan lahan hanya dipenuhi oleh tanaman kedelai.

Jika Sawit Diganti dengan Minyak Nabati Lain

Anggap saja masyarakat dunia memusnahkan perkebunan sawit di Indonesia, Malaysia, Thailand, atau negara lainnya. Maka dibutuhkan lahan lebih luas lagi untuk tanaman minyak nabati lainnya yang akan mengakibatkan peluang lebih besar kehilangan keanekaragaman hayati, menurunnya emisi karbon, dan jelas saja akan memperburuk lingkungan. 

Perlu diketahui sebelumnya, bahwa hutan yang diubah menjadi lahan pertanian ataupun perkebunan dan peternakan pasti melalui proses deforestasi. Jika tidak dilakukan reforestation, maka akan terjadi pengikisan tanah dan dampak buruk seperti yang telah dituliskan di atas. Kosakata deforestasi semoga tak lagi membuat salah kaprah.

Perhatikan tabel di bawah ini

Data Deforestasi - Foto: Materi Webinar
Data Deforestasi - Foto: Materi Webinar
Dari luas hutan dunia sebesar 98,1 juta hektar, Indonesia memiliki perkebunan sawit seluas 16,38 juta hektar yang diolah sekitar 2,7 juta petani sawit (tahun 2019). Menunjukkan sejumlah 2,7 juta petani sawit akan kehilangan pendapatan, belum ditambah tenaga kerja yang tidak bekerja langsung di perkebunan sawit. Untuk informasi, Indonesia mendapat devisa negara dari CPO dan produk turunan sebesar 14.19 trilyun per tahun atau 21.4 milyar US Dollar.

Jika perkebunan sawit dialihkan menjadi sawah, berarti akan membutuhkan air yang banyak, sementara itu, kini organisasi/LSM/para pelaku gastronomi berkelanjutan memberikan pilihan pangan selain nasi kepada masyarakat Indonesia. Sebab Indonesia mempunyai keragaman hayati yang melimpah untuk solusi krisis pangan masa depan sehingga Presiden Jokowi mengeluarkan kebijakan pembentukan food estate.

Tahun 2010, Kabupaten Tamiang, Aceh, luas lahan perkebunan sawit yang dimiliki 35,845 hektar, pada tahun 2015 menjadi 32,845 hektar. Penurunan luas lahan tersebut karena petani mengubah fungsi lahan untuk perkebunan jeruk manis yang dianggap lebih mudah dan tidak membutuhkan biaya besar. Tetapi jeruk manis bukan tanaman untuk biodiesel tapi kesehatan.

Masyarakat dunia mengalami peningkatan konsumsi minyak nabati dibandingkan hewani. Pada tahun 2019, minyak sawit menduduki posisi pertama dalam pangsa minyak nabati dunia (sebesar 36,7%) diikuti minyak kedelai (27,5%), canola (13,3%), kemudian bunga matahari (9,6%).

Tahun 2017, Uni Eropa menempati posisi kedua sebagai pangsa minyak sawit di dunia---berdasarkan data OILWorld 2017, Uni Eropa menggunakan 51% minyak sawit untuk biodiesel, sebesar 39% untuk bahan pangan, pakan ternak, dan kosmetik, dan 10% untuk pemanasan dan kelistrikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun