Mohon tunggu...
Dekki Priyatama
Dekki Priyatama Mohon Tunggu... Guru - Guru

Saya adalah pengajar mata pelajaran bahasa Indonesia di SMA negeri di Kota Kediri. Selain hobi menulis, saya juga menggemari dunia fotografi, videografi, dan sinematografi di teater. Mari berkompasiana!

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pembelajaran Materi Ekosistem Berbasis QR-Code

6 Maret 2024   17:30 Diperbarui: 6 Maret 2024   17:35 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

PEMBELAJARAN MATERI EKOSISTEM BERBANTU LKPD-QR CODE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DALAM KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK DI KELAS X-7 SMA NEGERI 7 KEDIRI 

Oleh HIKMAH FIRSADA

 

  • PENDAHULUAN
  •  

Proses pembelajaran terutama yang diselenggarakan di sekolah harus disesuaikan dengan karakteristik generasi terbaru. Proses-proses pendidikan harus mampu membekali peserta didik dengan kompetensi inti di abad modern. Kesadaran ini harus dimiliki oleh setiap pendidik di Indonesia disertai dengan upaya nyata untuk selalu mengembangkan kemampuan diri secara menyeluruh. National Education Association (NEA) menyebutkan keterampilan berpikir kritis, kreativitas, komunikasi, dan kolaborasi sebagai keterampilan abad ke-21 (The 4Cs) yang penting untuk dimiliki (Redhana, 2019). Setiap jenis kemampuan tersebut memiliki arti penting bagi penyiapan manusia-manusia yang mampu beradaptasi dengan kondisi global.

Terkait dengan arti penting pengembangan kompetensi di abad ke-21 (21st Century Skills) tersebut, guru tetap memiliki peranan sekaligus menjadi faktor yang paling menentukan. Sulistyaningrum et al., (2019) menjelaskan bahwa sekalipun teknologi di era digital berkembang sangat pesat, namun peran guru masih tetap merupakan faktor paling penting, yakni sebagai fasilitator, motivator, dan inspirator bagi para peserta didik. Dalam pembelajaran di abad ke-21 maupun dalam konteks era digital, guru memiliki peranan sebagai penentu skema pembelajaran.  Guru  adalah  pembimbing  yang  mengarahkan  kegiatan pembelajaran peserta didik agar sesuai tujuan dan tepat sasaran dan sesuai dengan kebutuhan. Oleh karena itu, pemahaman terhadap karakteristik, minat, kemauan, maupun tingkat kemampuan peserta didik merupakan modal dasar dalam menyiapkan, merencanakan, maupun mengorganisasikan kegiatan pembelajaran.

Pada era Abad 21, pendidikan dituntut untuk bisa mencetak generasi Z yang berkualitas. Terlebih lagi dalam pembelajaran Biologi. Pembelajaran Biologi dituntut untuk bisa menghasilkan peserta didik yang berkualitas, baik dalam bidang mipa maupun dalam bidang ekologi. Pembelajaran Biologi menjadi salah satu pionir pendidikan guna menjawab tantangan Abad 21. Pendidikan menjadi aspek yang paling berpengaruh dalam upaya membentuk generasi bangsa yang siap menghadapi masalah-masalah di era globalisasi. Namun, kualitas pendidikan di Indonesia ternyata masih termasuk dalam kategori rendah. 

Hal ini terungkap melalui hasil survei Program for International Student Assessment (PISA) yang diadakan oleh Organization for Economic Cooperation and Development (OECD). Hasil terbaru pencapaian PISA yakni 2018, Indonesia mendapatkan ranking ke 73 dari 78 negara yang mengikuti, serta mendapatkan sekor membaca 371, skor matematika 379, dan skor sains 396, dengan rata-rata OECD masing-masing aspek yaitu 487, 489, dan 483 Sangat terlihat jelas bahwa kemampuan literasi matematis siswa Indonesia rendah. 

Perkembangan anak dapat didefinisikan sebagai proses anak mengalami perubahan seiring berjalannya waktu. Aspek perkembangan anak masuk dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 137 Tahun 2013. Salah satu aspek perkembangan anak  yaitu Kognitif. Aspek perkembangan kognitif berhubungan erat dengan akal dan pikiran sehingga memiliki jangkauan yang sangat luas dan memegang peranan penting dalam kehidupan. Pendidikan pada masa anak usia dini merupakan wahana pendidikan yang sangat tepat dalam memberikan pijakan pertama bagi anak untuk membangun pengetahuan melalui berbagai aktivitas serta pengembangan hidupnya.

Karakter dalam dunia pendidikan di abad 21 menjadi bagian central dalam proses pendidikan yan g menekankan pada domain kognitif, domain afektif dan psikomotorik. Pembelajaran abad 21 tidak hanya menekankan 3 aspek domain itu saja, namun berkaitan dengan karakter PPK penguasaan peserta didik dalam berpikir kritis dengan memiliki aspek HOTS dengan menerapkan berbagai model dan metode dari pendekatan saintifik.

Ujian Sekolah (US) untuk jenjang SMA/MA telah dilaksanakan di sekolah. Secara umum, pelaksanaan Ujian Sekolah Secara Online untuk jenjang SMA/MA relatif lebih lancar dan tertib dibandingkan dengan tahun- tahun sebelumnya. Tapi masih ada beberapa kendala teknis, seperti penerapan soal model Higher Order Thinking Skills (HOTS) pada mata pelajaran Biologi SMA/MA yang dirasakan terlalu sulit, mendapat banyak respon dari peserta ujian karena mengalami kesulitan dalam menyelesaikannya. Selain itu pada Ujian Semester maupun Ulangan Harian peserta didik juga mengalami kesulitan dalam menyelesaikan Soal berbasis HOTS dengan berbagai kendala yang dihadapi mereka. Selain kondisi di atas yang menjadi latar belakang masalah dalam proses pembelajaran yaitu, pembelajaran masih berpusat pada guru, kurang nya dalam melibatkan peserta didik dalam proses pembelajaran, guru mengajar dengan cara lama (konvensional), guru tidak menggunakan metode yang bervariasi pada saat mengajar, guru tidak menggunakan media yang inovatif dalam  proses pembelajaran khususnya TPACK.

Media pembelajaran yang kurang inovatif akan menyulitkan peserta didik dalam memahami materi pembelajaran (Debeturu & Wijayaningsih, 2019; Ningsih & Mahyuddin 2021). Hal inilah yang menyebabkan media pembelajaran sangat dibutuhkan dalam pembelajaran. Kurangnya motivasi dan semangat belajar anak akan berdampak pada rendahnya tingkat kemampuan anak (Mulyani et al., 2020; Nasution et al., 2020, Pebriana 2017). Hal ini juga akan berdampak pada rendahnya hasil belajar anak (Koedoes et al., 2020; Triutami et al., 2014). Maka guru harus memperhatikan model dan media pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran agar anak dimudahkan dalam belajar. Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan pada pembelajaran Biologi di SMAN 7 Kediri, diperoleh temuan permasalahan yaitu beberapa peserta didik masih ada yang belum berani dalam menanggapi diskusi kelompok, peserta didik terkendala dengan aplikasi yang terdapat pada gadget yang telah di miliki, peserta didik kurang memiliki konsentrasi yang baik pada saat proses pembelajaran berlangsung

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun