Mohon tunggu...
Deirdre Tenawin
Deirdre Tenawin Mohon Tunggu... -

Instagram : @deirdretenawin

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Organik Bukan Vegetarian

15 Mei 2011   13:23 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:39 716
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

[caption id="attachment_109721" align="aligncenter" width="604" caption="Pak Sutanto melayani pelanggan"][/caption] Udara lembab nan hangat membuatnya basah oleh keringat tetapi tidak mengurangi sedikitpun semangat dan kegigihannya bercerita satu demi satu khasiat barang-barang yang dipajang di sepanjang etalase tokonya. Pria berkulit sawo matang yang akrab dipanggil Pak Sutanto ini adalah seorang pedagang makanan organik di Pasar Sinpasa, Gading Serpong. Usianya sudah mencapai 54 tahun,namun kebiasaannya mengkonsumsi makanan yang sehat membuatnya terlihat sepuluh tahun lebih muda.

Sudah 6 tahun terakhir ini Pak Sutanto berhenti mengkonsumsi daging dan selama 9 tahun secara rutin mengkonsumsi makanan organik. ”Dulu saya adalah pemakan ayam setiap hari, mau digoreng atau digulai. Saya dulu sangat suka masakan padang, seperti gulai ayam. Tetapi dengan makanan organik ini, rasanya berbeda. Jika perut kenyang pun tidak sampai begah,” jelasnya.

Ada suatu harapan di dalam benak Pak Sutanto agar banyak orang dapat mengerti bahwa makanan organik jauh lebih baik dibandingkan makanan konvensional pada umumnya. Setidaknya itu merupakan salah satu alasan yang mendorong Pak Sutanto memilih untuk menjual produk makanan organik dibandingkan produk lainnya. Padahal modal yang dibutuhkan cukup besar, mengingat harga produk makanan organik yang cenderung lebih tinggi dibanding makanan konvensional.

Lima tahun lalu adalah pertama kali pria lulusan SMA ini memulai usahanya di Pasar Sinpasa. Semua orang tahu kalau pasar adalah tempat yang selalu ramai dikunjungi karena di sanalah orang mencari pemenuhan kebutuhan-kebutuhan mereka. Dan Pak Sutanto cermat melihat kecenderungan itu menjadi sebuah peluang. Papan bertuliskan Organic Green Shop dengan gambar daun sebagai lambangnya dipasang sebagai titik awal permulaan tekadnya. Akan tetapi perjalanannya tentu tidak lepas dari masa-masa berat di awal ia membangun usahanya. Pada saat itu makanan organik belum punya tempat di hati masyarakat. Harganya yang relatif lebih mahal membuat orang berpikir dua kali untuk membelinya. ”Dulu saya pertama jualan, susah. Diterangin tentang makanan organik, orang tetep tidak mengerti. Kata mereka, sudah mahal, tidak enak dan tampilan sayurnya jelek, bolong-bolong. Orang yang tidak tahu akan berkata begitu. Padahal seharusnya dicoba dulu baru bisa merasakan khasiatnya. Tetapi mengajak orang untuk mencoba produk organik itu tidak gampang.” kenang pria asal Semarang ini.

[caption id="attachment_109722" align="alignright" width="150" caption="Organic Green Shop"][/caption] Penolakan-penolakan diterimanya, namun Pak Sutanto tetep teguh terhadap keyakinannya pada makanan organik sebagai solusi untuk orang-orang yang merindukan kesehatan. Ia sendiri telah membuktikannya dan tanpa ragu berbagi pengalaman setiap kali ada pengunjung yang lewat di depan tokonya. Didorong rasa penasaran, satu demi satu pelanggan pun bermunculan. Khasiat dari makanan organik akhirnya berestafet dari mulut ke mulut. Tidak banyak kegiatan promosi yang dilakukan Pak Sutanto karena menurutnya tidak cukup efektif. ”Pernah mencoba menyebarkan selebaran di parkiran pasar tetapi tidak terlalu berpengaruh. Orang harus mencoba makanan organik terlebih dahulu baru bisa mengerti manfaat dari makanan organik.”

Jenis-jenis makanan organik yang diproduksi kini semakin beragam. Dari makanan-makanan yang pokok sampai snack-snack kering. Makanan yang dijual di toko Pak Sutanto sendiri sudah cukup lengkap. Mulai dari sayur, beras, susu, minyak goreng, kacang hijau, bumbu-bumbu masak, cokelat, dsb. Produk yang paling laris adalah beras.

Tidak semua makanan organik berharga mahal. Umumnya yang masih mahal adalah makanan-makanan kering. Tetapi untuk makanan pokok seperti beras dan sayur-sayuran, harganya tidak berbeda jauh dengan yang dijual tukang-tukang sayur konvensional. Harga seikat sayur Kangkung organik misalnya hanya Rp 3.000,00 – Rp 4.000,00 saja. Sedangkan harga sekilo beras merah organik hanya Rp 14.000,00. Dengan harga yang tidak jauh berbeda tersebut konsumen dapat merasakan efek yang jauh berbeda bagi kesehatan tubuh.

Konsumen produk yang dijual oleh Pak Sutanto hampir sembilan puluh persennya adalah balita. Kebanyakan dari orang tua balita-balita tersebut membiasakan anak-anak mereka mengkonsumsi makanan organik sejak dini demi kesehatan sang buah hati. Bahkan ada salah satu pelanggan Pak Sutanto, yang anaknya telah mengkonsumsi makanan organik sejak balita hingga berumur tujuh tahun.Yovita, salah satu pelanggan yang sedang berbelanja di toko Pak Sutanto juga mengungkapkan bahwa anaknya sudah mengkonsumsi makanan organik selama 3 tahun dan efeknya sangat nyata bagi kesehatan anaknya. ”Manfaatnya banyak, vitamin yang didapat lebih banyak. Anak saya jadi lebih jarang sakit.” tuturnya.

Pak Sutanto juga menambahkan bahwa konsumsi makanan organik memang dapat membuat daya tahan fisik jauh menjadi lebih kuat. Sebab makanan konvensional yang ada di pasaran umumnya mengandung pengawet dan bahan kimiawi. Misalnya saja hewan ayam yang pada umumnya disuntik hormon. Ketika direbus hormonnya tidak akan hilang. Padahal jika termakan oleh manusia efeknya tidak baik untuk tubuh. Untunglah semakin hari semakin banyak orang yang sadar betapa besar manfaat dari makanan organik itu.

Namun Pak Sutanto menyayangkan bahwa masih banyak orang yang salah mengartikan makanan organik dan makanan vegetarian. Banyak yang berpikir bahwa keduanya adalah hal yang sama, padahal keduanya jelas berbeda dari komposisi, esensi, cara pembuatan bahkan manfaatnya. Menurutnya, bahan makanan organik dapat dipastikan tidak menggunakan bahan kimiawi sedangkan makanan vegetarian masih menggunakan bahan kimiawi. ”Sayur organik penanamannya tidak menggunakan pupuk kimiawi, memakai pupuk kandang. Makanan vegetarian belum tentu adalah makanan organik. Vegetarian itu artinya tidak mengkonsumsi hewan. Orang-orang pemakan organik tetap mengkonsumsi hewan tetapi umumnya dalam porsi yang lebih kecil.” Pak Sutanto menjelaskan.

Walau penghasilannya masih belum menentu tetapi usaha makanan organik Pak Sutanto boleh dikatakan sudah jauh lebih baik. Ia sudah punya beberapa pelanggan tetap. Tapi Pak Sutanto tidak begitu saja berpuas hati. Ia tidak akan pernah berhenti untuk mendorong orang-orang di sekitarnya, pelanggannya dan masyarakat agar mengkonsumsi makanan organik. Perjuangannya selaras dengan prinsip yang selalu dipegangnya, yaitu selalu berusaha memberikan yang terbaik bagi oranglain. (Deirdre Tenawin)

Nb : Organic Green Shop , Pasar Sinpasa Blok K 71-72 , Gading Serpong. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun