Mohon tunggu...
Defi Laila Fazr
Defi Laila Fazr Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Penikmat Lukisan Tuhan Stadium Akut http://gembolransel.com/

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Menjumpai Dewa Bejo

26 Juni 2012   12:55 Diperbarui: 16 Juli 2015   15:17 532
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

When was the last time you did something for the first time? Kalau saya dua bulan lalu. Tepatnya long weekend April kemarin, untuk pertama kalinya saya memasuki goa alam yang lumayan seram bernama Gelatik. Ketakutan akan bertemu hantu atau ular berbisa sempat menahan laju langkah saya, membujuk saya untuk berbalik arah saja. Tapi rasa penasaran saya akan goa juga sama besarnya. Dan rasa penasaran itu mesti ditamatkan bukan?! Secara saya sudah jauh-jauh dari Jakarta, juga demi mengobati kekecewaan saya yang tidak jadi memasuki Goa Petruk sewaktu menyambangi Kebumen, maka saya kesampingkan-lah ketakutan saya. 

Saya yang hanya berdua dengan Mas Bayu, disatukan dengan tiga cewe asal Jakarta (juga) menjadi satu grup, didampingi dua bapak pemandu. Sebelumnya kami diminta mengganti baju yang kami kenakan dengan ‘seragam’ yang sudah disediakan. Baju ala montir lengkap dengan helm dan sepatu plastik anti licin. Tepat di depan mulut goa, sebelum memasukinya, kami berdoa bersama dipimpin salah satu pemandu yang berdoa supaya sewaktu keluar goa nanti rombongan kami tetap tujuh orang jumlahnya. Tidak kurang, apalagi lebih. hhaha.. Nakut-nakutin aja nih si bapak.

Untuk bisa memasuki perut Goa Gelatik ini, kami mesti melalui batang tenggorokannya dengan berjalan merunduk dan merangkak, bahkan ada sesi merayapnya juga sejauh 15 meter. Batang tenggorokan goa adalah berupa tanah padat yang lembab, dengan sejumlah tonjolan yang mencuat disana-sini, dan sebuah lubang yang memutus di antara batang tenggorokannya. Itulah tantangan Goa Gelatik.

Begitu sampai di dalam perutnya, berasa seperti bertamu ke kampung kelelawar. Kata brosur, sih, jumlahnya mencapai puluhan ribu dengan jenis dan ukuran yang berbeda-beda. Bak tuan rumah nan ramah, mereka sih anteng-anteng aja begitu kami tiba. Beberapa hanya hilir mudir, berseliweran seperti sedang menyambut kami dengan tarian selamat datang.

***

Note:

Versi lengkap tulisan ini dapat dibaca di buku Jelajah Negeri Sendiri

13888039511343546860
13888039511343546860

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun